Ahad 03 Sep 2017 21:46 WIB

Tiga Perkembangan Signifikan Rudal Korea Utara

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Uji coba rudal balistik yang dilengkapi dengan sistem panduan presisi, di lokasi yang dirahasiakan di Utara Korea.
Foto: EPA / KCNA
Uji coba rudal balistik yang dilengkapi dengan sistem panduan presisi, di lokasi yang dirahasiakan di Utara Korea.

REPUBLIKA.CO.ID PYONGYANG – Sejak Korea Utara (Korut) dipimpin Kim Jong-un pada Desember 2011, Korut telah mempercepat program pengembangan rudal miliknya. Setelah serangkaian uji coba dan kegagalan pada 2016, tahun ini, Korut membuat kemajuan signifikan dan berani dalam program rudalnya.

Dilaporkan laman Aljazirah, berikut ini tiga tonggak teknis terkini Korut dalam teknologi rudal jarak jauh yang cukup menonjol dan penting.

1. Meluncur hampir secara vertikal dan mencapai ketinggian yang lebih tinggi

Ada tantangan signifikan untuk menguji rudal jarak jauh di negara yang terlalu kecil seperti Korut. Pada awalnya, Korut melakukan uji coba dengan menembakkan rudalnya ke negara-negara tetangga. Pada 1998, misalnya, Korut menguji rudal Taepodong-1 di daratan Jepang yang berbuntut kecaman internasional.

Namun saat ini, Korut mulai menguji rudal jarak jauh dengan menembakannya secara vertical. Hal ini memungkinkan rudal untuk mendarat dengan jarak horizontal yang pendek dari lokasi peluncuran, namun tetap menempuh jarak yang jauh secara keseluruhan. Daya jelajah yang lebih tinggi mengindikasikan bahwa Korut telah mendesain mesin baru yang lebih bertenaga dengan kemampuan yang lebih besar untuk membawa muatan sedemikian rupa.

Dengan peluncuran vertikal, Pyongyang dimungkinkan untuk menguji rudal jarak jauh secara realistis. Hal ini juga memungkinkan para teknisi dan insinyur yang bekerja untuk Kim Jong-un menghimpun data yang dikirim kembali dari uji coba rudal. Dengan demikian, mereka dapat menganalisis dan memahami tantangan yang dihadapi ketika hulu ledak rudal memasuki atmosfer bumi dengan kecepatan hipersonik.

2. Bahan bakar padat berarti lebih cepat meluncur

Korut diketahui telah memutakhirkan teknologi rudalnya dengan menggunakan bahan bakar padat. Hal ini telah diuji coba Korut di rudal Pukguksong-2 yang diluncurkan pada Mei lalu.

Dibandingkan dengan bahan bakar cair yang sifatnya beracun dan korosif, bahan bakar padat lebih mudah dipelihara dan stabil. Dengan bahan bakar padat, proses peluncuran rudal menjadi lebih cepat, yakni hanya memakan waktu beberapa menit saja. Berbeda dengan bahan bakar cair yang dapat memakan waktu satu jam atau lebih.

Ketika rudal lebih cepat diluncurkan, hal ini tentu akan menyulitkan pengamatan musuh. Kemungkinan untuk menemukan lokasi rudal dan menghancurkannya menjadi lebih kecil.

3. Memperkuat pengangkut rudal

Korut memiliki sekitar 724 kilometer jalan beraspal dan 24 ribu kilometer jalan tak beraspal. Kondisi ini harus disiasati agar rudal mampu dibawa pergi ke daerah mana saja di negara tersebut.

Korut telah berupaya mengatasi hal ini dengan menggandeng pengangkut rudal (secara formal disebut peluncur erektor pengangkut atau TEL). Trek digunakan sebagai pengganti roda, memungkinkan kendaraan berat melintasi jalan kasar dari sistem jalan yang akan dipantau musuh untuk melacak keberadaan pengangkut rudal.

Dalam proses ini, rudal juga telah diselimuti oleh sebuah tabung sehingga dapat bertahan dalam perjalanan yang melintasi jalan bergelombang atau berlubang. Perbaikan ini terjadi bersamaan dengan peluncuran rudal jarak menengah, yakni Pukguksong-2, yang diklaim sukses oleh Korut pada Februari lalu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement