REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Wabah kolera menyebar dengan cepat di tenda pengungsian, tempat sejumlah orang berlindung dari serangan petempur Boko Haram di Borno, Nigeria. Sebagian besar kematian tercatat di pengungsian Muna Garage, di pinggiran ibukota negara bagian Maiduguri, pusat pemberontakan kelompok Boko Haram yang juga mengganggu stabilitas keamanan negara tetanggannya, Kamerun, Chad, dan Niger.
Sebuah laporan PBB pada Rabu (6/9) mengatakan, bahwa lebih dari 530 penderita kolera telah terdaftar pada Selasa atau lebih dari tiga kali lipat jumlahnya dari yang dilaporkan lima hari sebelumnya. Dua puluh tiga orang telah meninggal, tambahnya, dan 11 penderita di antaranya tercatat pada 31 Agustus.
Penyebaran wabah bermula pada akhir bulan lalu, dan pekerja bantuan telah memperingatkan bahwa musim hujan di Nigeria dapat menyebabkan penyebaran penyakit di tenda pengungsian yang sudah dalam keadaan tidak bersih. Sekitar 1,8 juta orang telah meninggalkan rumah mereka akibat terjadinya kekerasan atau kekurangan pangan selama konflik, kata lembaga PBB.
Seperti halnya Muna Garage, tenda-tenda pengungsian di sekitar Custom House, Ruwan Zafi dan Bolori II juga terserang wabah kolera dan terdapat laporan tentang penyebaran wabah di daerah Moguno dan Dikwa, yang terletak di sebelah timur laut dan timur Maiduguri, menurut catatan PBB.
Di Dikwa, 80 kilometer dari Maiduguri, terdapat 103 orang yang diduga menderita kolera, 17 di antaranya telah dipastikan dengan sebuah uji pindai cepat di rumah sakit setempat, namun tidak ada pernyataan resmi terkait penyebaran wabah di daerah itu.
Wabah kolera adalah infeksi diare akut yang menyebar melalui makanan dan air yang tercemar. Penyakit ini dapat dengan mudah diobati jika terdeteksi sejak awal, namun dapat membunuh dalam beberapa jam saja jika tidak segera diobati.
Jumlah perhitungan terbaru menunjukkan bahwa angka kematian akibat penyakit ini sebesar 4,3 persen, jauh di atas angka 1 persen yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai tingkat keadaan darurat.