REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebuah bom rakitan diledakkan di kereta tube di barat daya London pada jam sibuk Jumat (15/9) pagi. Ledakan di Stasiun Parsons Green di jalur kereta distrik dari Wimbledon, diduga sebagai tindakan terorisme.
Dilansir dari BBC, Sabtu (16/9), 22 orang dirawat di rumah sakit, sebagian besar menderita luka bakar, meski setidaknya delapan orang sekarang telah dipulangkan. Kepolisian sedang mengejar orang yang meletakkan bom rakitan itu. Sementara, area di sekitar stasiun telah dievakuasi. Petugas spesialis sedang mengamankan sisa-sisa bom rakitan dan memastikan situasi stabil.
Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May mengutuk serangan "pengecut". "Serangan ini dimaksudkan untuk menimbulkan ancaman yang signifikan," ujar dia.
May mengatakan, tingkat ancaman teror Inggris akan tetap pada tingkat yang parah alias yang tertinggi kedua di dunia.
Berbicara di Downing Street setelah memimpin rapat komite darurat Cobra, May mengatakan, akan ada peningkatan kehadiran polisi bersenjata di jaringan transportasi di London. Ratusan detektif dan MI5 sedang menyelidiki serangan tersebut, yang berlangsung pukul 08.20 BST di sebuah kereta timur.
Asisten Komisaris Polisi Mark Rowley sebelumnya menolak mengungkapkan apakah ada orang yang ditangkap. Gambar yang diambil dari kereta menunjukkan ember putih terbakar di dalam tas supermarket, dengan kabel hingga ke lantai kereta. BBC mengetahui perangkat itu memiliki timer.
Koresponden keamanan BBC, Frank Gardner mengatakan bahwa bom tersebut tampaknya tidak meledak semestinya. "Seandainya bom itu meledak seperti yang diinginkan pelaku, akan membunuh semua orang di sekitarnya dan melukai semua orang di kereta api seumur hidup," katanya.