REPUBLIKA.CO.ID, ST JOHN'S - Badai Irma telah memporak-porandakan Barbuda dan menjadikan pulau indah di Kepulauan Karibia itu menjadi sebuah pulau yang tak berpenghuni. Untuk pertama kalinya dalam 300 tahun, tidak ada yang tinggal di pulau tersebut.
"Kerusakannya menyeluruh. Ini adalah bencana kemanusiaan. Untuk pertama kalinya dalam 300 tahun, tidak ada satu orang pun yang tinggal di pulau Barbuda. Peradaban yang telah ada di pulau itu selama hampir 300 tahun sekarang telah tiada," ujar Ronald Sanders, Duta Besar Antigua dan Barbuda untuk Amerika Serikat (AS), dikutip CNN.
Antigua dan Barbuda terletak di sebelah tenggara Puerto Riko, tempat Samudra Atlantik dan Laut Karibia bertemu. Negara ini menjadi negara berdaulat dalam persemakmuran Inggris pada 1981.
Menurut CIA World Factbook, penduduknya pada Juli ini diperkirakan berjumlah 94.731, dengan 97 persen populasi tinggal di pulau Antigua. Bangsa yang mayoritas beragama Kristen dan berbahasa Inggris ini sangat bergantung pada sektor pariwisata (60 persen dari pendapatan domestik bruto/PDB) dan bisnis jasa keuangan.
Saat badai Irma melanda, Antigua hanya mengalami sedikit kerusakan. Namun badai tersebut melenyapkan infrastruktur di Barbuda dan menewaskan satu orang warganya. Tim penyelamat mengevakuasi seluruh penduduk ke Antigua dan mengumumkan keadaan darurat.
"Kami telah mencoba menyediakan akomodasi sebaik mungkin secara manusiawi dalam keadaan seperti ini. Untungnya, kami telah memiliki rencana untuk menghadapi badai ini, dan kami telah memesan persediaan kebutuhan dari Miami dan AS sebelum badai tersebut terjadi," kata Sanders.
Dia mengatakan, sekitar 1.700 orang telah dievakuasi dari Barbuda ke Antigua dan yang lainnya berinisiatif untuk mengungsi sendiri ke Antigua. Di Antigua, pengungsi mendapat jaminan keamanan dan anak-anaknya tetap akan mendapatkan pendidikan di Sekolah.
"Mereka ada di fasilitas pemerintah. Kami telah membuka beberapa tempat lain. Kami telah meminta sebuah panti jompo untuk diubah menjadi tempat tinggal sementara. Warga Antigua juga sangat bermurah hati untuk membuka pintu rumah mereka kepada beberapa orang Barbiani, terutama mereka yang membawa anak kecil," jelasnya.
Di pulau seluas 62 mil persegi ini, tambah Sanders, warganya telah membangun rasa memiliki yang kuat. "Komitmen mereka terhadap pulau ini sangat kuat. Mereka memiliki perasaan yang kuat mengenai nenek moyang mereka," ungkap dia.
Pemerintah bermaksud membangun kembali Barbuda, yang tentunya akan memakan banyak waktu. Bantuan kemanusiaan internasional sangat dibutuhkan dalam pekerjaan infrastruktur.