REPUBLIKA.CO.ID, SAN JUAN -- Warga Puerto Riko diperkirakan akan kehilangan aliran listrik untuk beberapa bulan ke depan setelah wilayah mereka diterjang badai Maria. Mereka tidak akan bisa memakai mesin ATM, membuka internet, dan menyalakan televisi atau AC.
Gubernur Puerto Riko Ricardo Rossell mengatakan seluruh sistem sedang down. Dengan demikian, lebih dari tiga juta warga Amerika di negara bagian persemakmuran AS itu akan hidup tanpa listrik selama empat sampai enam bulan ke depan.
"Saya tidak tahu ada negara bagian AS yang akan kehilangan aliran listrik untuk waktu yang cukup lama setelah bencana," kata David Merrick, direktur program manajemen darurat dan keamanan dalam negeri di Florida State University.
Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada wartawan, dia akan mengunjungi Puerto Riko, namun belum mengatakan kapan waktunya. "Puerto Riko benar-benar lenyap. Kami akan bekerja sama dengan gubernur dan orang-orang Puerto Riko," kata Trump dikutip CNN.
Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan Trump sangat ingin berkunjung, namun pulau tersebut mungkin belum siap untuk dikunjungi. "Dia bertekad untuk pergi, tapi tanggalnya masih belum jelas. Ada masalah infrastruktur yang signifikan," kata pejabat tersebut.
Trump juga mengeluarkan deklarasi bencana untuk Puerto Riko dan Kepulauan Virgin. Ia memerintahkan penyediaan dana federal untuk membangun perumahan sementara dan pinjaman berbiaya rendah untuk menutupi kerugian properti yang tidak diasuransikan, serta program lainnya.
Pada Jumat (22/9), Badan Manajemen Darurat Federal (FEMA) Departemen Dalam Negeri AS mulai menyediakan generator, makanan, air, dipan, selimut, dan perlengkapan penting lainnya yang sangat dibutuhkan ke pulau itu. FEMA mengatakan, Departemen Energi AS akan bekerja sama dengan badan-badan lain dalam upaya restorasi daya di pulau tersebut.