REPUBLIKA.CO.ID, ERBIL -- Turki mengancam akan memutuskan perdagangan minyak dengan Kurdi Irak setelah mereka mendukung kemerdekaan dari Baghdad dalam sebuah referendum yang telah membuat Ankara khawatir karena menghadapi pemberontakan separatis dari minoritas Kurdi di negaranya sendiri.
Kurdi Irak mendukung pemisahan Kurdi dari Irak dengan sembilan banding satu dalam referendum pada Senin. Referendum Kurdi ini membuat marah Turki, pemerintah pusat Irak di Baghdad, kekuatan regional, dan kekuatan dunia lainnya.
Mereka khawatir referendum Kurdi dapat menyebabkan konflik baru di wilayah tersebut. Kantor Perdana Menteri Irak Haidar al-Abadi mengatakan, pihaknya telah diberitahu oleh Perdana Menteri Turki Binali Yildirim bahwa Turki akan memutuskan jual beli minyak dan hanya berurusan dengan pemerintah Baghdad mengenai ekspor minyak dari Irak.
Sebagian besar minyak yang mengalir melalui pipa dari Irak ke Turki berasal dari sumber Kurdi. Pemutusan hubungan jual beli minyak dengan Kurdi akan sangat merusak ekonomi Pemda Kurdi, Kurdish Regional Government (KRG).
Selama ini KRG mengandalkan penjualan minyak mentah untuk mendapatkan pemasukan. Pipa minyak dari Kurdi ke Turki masih beroperasi secara normal meskipun ada ancaman Turki untuk menjatuhkan sanksi ekonomi ke wilayah otonomi Kurdi di Irak. Pejabat Turki terus menaikkan tekanan pada Kurdi pada Kamis (28/9).