REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Dua wanita ditikam hingga tewas di stasiun kereta api utama Marseille, Prancis, Ahad (1/10). Pelaku penyerangan, yang diyakni anggota jaringan kelompok Islam ekstremis, ditembak mati tak lama setelah kejadian tersebut.
Menurut sumber kepolisian setempat, pelaku penyerangan, melakukan aksinya menggunakan pisau daging. Ketika melakukan penikaman, pelaku, berdasarkan keterangan polisi, juga sempat berteriak Allahu Akbar. Hal ini yang membuat polisi menyimpulkan pelaku merupakan anggota jaringan Islam ekstremis.
Kedua wanita, yang masing-masing berusia 17 dan 20 tahun, mengalami luka tusukan di leher, dada, dan perutnya. Keduanya tewas tak lama setelah serangan terjadi.
Adapun pelaku yang melarikan diri berhasil ditembak mati oleh patroli Sentinelle yang datang ke lokasi dalam waktu singkat. Sentinelle merupakan pasukan yang dikerahkan ke seluruh daerah di Prancis guna merespons aksi teror. Pasukan ini mulau beroperasi pada 2015, tepat setelah Paris diguncang beberapa serangan teror yang menewaskan sekitar 130 orang.
Pelaku penyerangan tersebut dilaporkan berumur sekitar 30 tahun dan memiliki penampilan Afrika Utara. Menurut kepolisian Marseille dan Prancis, pelaku memiliki beberapa identitas. Analisis sidik jari digital telah menghasilkan beberapa alias. Oleh sebab itu, hingga kini, otoritas keamanan Prancis masih belum merilis identitas pelaku penyerangan tersebut karena proses verifikasi.
"Ini bisa jadi tindakan terorisme, tapi kita tidak bisamemastikannya sepenuhnya pada tahap ini," kata Menteri Dalam Negeri Prancis Gerard Collomb ketika mengunjungi Marseille.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengaku muak dengan serangkaian aksi teror yang melanda negaranya dalam beberapa tahun terakhir. Kendati demikian, ia tetap memuji sepak terjang pasukan Sentinelle yang berhasil menewaskan pelaku sebelum jatuhnya korban jiwa semakin banyak.