REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Sejumlah pakar menilai maraknya perangkat yang terhubung dengan internet telah membuat ancaman ‘rayuan seksual’ atau ‘grooming’ terhadap anak di internet semakin lebih umum daripada sebelumnya.
Karena itu, orang tua disarankan untuk memperbaharui pengetahuan mereka terhadap aplikasi mobile untuk menangkal potensi ancaman tersebut.
Salah satu korban rayuan adalahh Alicia Kozakiewicz. Remaja berusia 13 tahun ketika pada tahun 2002 dia dibujuk rayu oleh pemangsa di internet. Ia dipikat sedemikian rupa dari rumahnya di AS, dan kemudian diculik, dianiaya dan dipukuli selama empat hari.
Sekarang diusianya yang ke-28, dia adalah advokat untuk keselamatan anak secara online dan berada di Australia untuk meningkatkan kesadaran akan masalah ini pada minggu National ‘Stay Smart Online’. "Itu adalah pesan terbesar saya bahwa bujuk rayu semacam ini bisa terjadi pada anak manapun," katanya kepada ABC baru-baru ini.
"’Bujuk rayu’ atau ‘Grooming’ sangat sederhana dan sekarang lebih sederhana lagi karena ada begitu banyak akses terhadap anak-anak karena kita membawa perangkat mobile bersama kita hampir kemana saja.”
Apakah ‘grooming’ itu?
Dalam pengertian hukum, ‘Grooming’ atau bujuk rayu melibatkan pembentukan hubungan dengan seorang anak dengan tujuan untuk melakukan pertemuan untuk melakukan kegiatan seksual. Namun, ada juga banyak contoh anak-anak yang ‘dibujuk rayu; untuk mengirim gambar eksplisit seksual ke pemangsa anak secara online.
Dalam kasus yang dialami Alicia Kozakiewicz, dia pikir orang yang dia ajak bicara selama lebih dari delapan bulan itu adalah anak laki-laki yang sebaya dengannya yang bisa menjadi tempatnya berkeluh kesah.
"[Grooming] hanya berpura-pura menjadi teman dan berada di sana untuk mereka sepanjang waktu, memberi tahu mereka apa yang ingin mereka dengar," katanya.
"Mengisi ketidaknyamanan yang sering dialami anak-anak, membuat mereka merasa cantik atau penting atau istimewa atau unik atau tampan atau apapun itu.
"Itulah tujuan utama pemangsa, adalah untuk mendapatkan kepercayaan."
Apa yang menjadi perhatiannya?
Alicia Kozakiewicz mengatakan sementara pendidikan seputar keselamatan online telah meningkat sejak cobaan beratnya itu terjadi, demikian juga peningkatan perangkat yang terhubung dengan internet.
Ini menghadirkan masalah-masalah yang unik, menurut Toby Dagg, manajer tim CyberReport yang menangani pelecehan seksual anak-anak secara online sebagai bagian dari Kantor Komisaris Independen Keamanan Internet Australia.
Bagaimana melindungi anak-anak Anda secara online
"Itu artinya risiko bujuk rayu dengan tujuan seksual atau grooming ini telah mendunia. Jangkauan yang dapat dilakukan pelanggar kejahatan ini telah menjadi global," katanya kepada ABC.
Di Australia, semakin banyak anak dipaksa untuk melakukan video atau gambar seksual eksplisit.
"Materi-materi itu kurang lebihnya mencakup perilaku seksual yang direkam oleh anak-anak di ponsel pintar, sangat sering di kamar mandi," kata Toby Dagg.
"Dan kita tahu materi itu akan masuk dalam volume yang sangat besar ke situs pedofil."
Apa yang dilakukan pihak berwenang?
Pada bulan Juni, pemerintah Federal Australia memperkenalkan undang-undang baru untuk memberi lebih banyak kewenangan kepada polisi untuk melindungi anak-anak dari predator online.
Aturan ini dikenal sebagai ‘Hukum Carly’ setelah Carly Ryan berusia 15 tahun, yang dibunuh 10 tahun yang lalu oleh seorang pedofilia berusia 50 tahun yang di internet berpura-pura berusia 20 tahun untuk memikatnya ke sebuah pertemuan.
Polisi menggunakan undang-undang tersebut untuk pertama kalinya pada bulan Agustus lalu untuk menangkap seorang pria berusia 35 tahun di Adelaide dengan dakwaan melakukan serangkaian kasus eksploitasi seksual anak.
Program keamanan cyber nasional baru yang disebut ThinkUKnow juga diluncurkan untuk memberikan informasi tentang cara berinternet yang aman.
Apa yang bisa dilakukan orang tua?
Baik Alicia Kozakiewicz dan Toby Dagg mengatakan penting bagi orang tua untuk mempelajari situs-situs dan aplikasi yang digunakan anak-anak saat ini.
"Saya tahu bahwa ada begitu banyak aplikasi dan begitu banyak hal berbeda yang tampaknya harus Anda ketahui, tapi Anda harus memulai melakukannya," kata Alicia Kozakiewicz.
"Anda harus duduk dan Anda harus melakukan penelitian Anda."
Menurutnya anak-anak seharusnya tidak memiliki kata sandi ke akun media sosial yang tidak diketahui orang tua, dan masalah privasi itu harus menjadi nomor dua untuk menjaga anak-anak agar tetap aman.
"Hal yang paling penting adalah Anda menciptakan hubungan yang terbuka dengan anak Anda di mana mereka merasa bisa datang kepada Anda dengan tidak ada beban dan tanpa rasa takut diteriaki atau perangkat mereka diambil atau Anda kecewa pada mereka."
Toby Dagg juga menyarankan agar orang tua memastikan semua perangkat digunakan di tempat umum di rumah - sehingga tidak ada perangkat di kamar tidur - dan mengajari anak-anak untuk secara kritis memikirkan apa yang mereka lihat di internet.
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.