REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Lembaga Nasional bagi Penyakit Menular di Afrika Selatan (NICD) pada Kamis (26/10) memperingatkan warga Afrika Selatan yang bepergian ke Madagaskar agar menghindari daerah yang berpenduduk padat tempat wabah penyakit di negeri itu.
"Pelancong Afrika Selatan ke Madagaskar disarankan menghindari daerah berpenduduk padat dan memakai masker operasi saat singgah. Penerapan liberal penangkal hama yang terkantung pada DEET disarankan guna mencegah gigita kutu. Penggunaan antibiotik penangkal tidak disarankan," kata NICD di dalam satu pernyataan.
NICD menyarankan warga yang baru pulang dari Madagaskar memantau kesehatan mereka selama 15 hari dan berobat segera ke instalasi kesehatan terdekat ketika gejala wabah muncul, Jumat (27/10). Menurut NICD, gejala wabah tersebut meliputi demam, rasa dingin, sakit kepala dan tubuh, nyeri dan radang kelenjar getah bening, atau sesak nafas yang disertai batuk dan/atau dahak berdarah.
NICD juga menyarankan mereka yang mengalami gejala wabah itu memberitahu dokter mengenai perjalanan mereka baru-baru ini.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 20 Oktober mengatakan 1.297 kasus dan 102 kematian telah dilaporkan ke lembaga kesehatan di Madagaskar. Angka kasus kematian adalah tujuh persen. WHO menyatakan 65 persen kasus merupakan wabah radang paru-paru, dan bukan bentuk pembengkakan limpa biasa.
Semua perushaan penerbangan Afrika Selatan juga telah diperingatkan agar siaga jika ada penumpang yang sakit. Lembaga Penerbangan Sipil telah melakukan pelatihan penyegaran buat anggota jika ada kasus yang dicurigai.
Pejabat kesehatan pelabuhan telah meningkatkan langkah pemeriksaan mereka untuk mendeteksi dan menanggapi penumpang yang sakit dan tiba di negeri tersebut. Afrika Selatan juga telah melakukan tindakan tambahan jika ada laporan mengenai wabah itu.