REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Para pekerja pabrik di Bangladesh yang mungkin telah membuat kaos Anda di Australia bisa jadi hanya menghasilkan uang sekecilnya senilai 39 sen per jam. Itulah pesan serius yang berasal dari laporan non-profit organisasi Oxfam Australia "What She Makes" yang dirilis, Ahad (29/10).
Deloitte Access Economics dilibatkan oleh Oxfam untuk menganalisis rantai pasokan garmen Australia dan menghitung proporsi biaya garmen yang berakhir di kantong orang yang membuatnya. Analisa ini menemukan dalam rantai pasokan rata-rata Australia, hanya empat persen dari harga sebuah item pakaian yang dibayarkan kepada pekerja di luar negeri.
Itu hanya 40 sen dari kaus seharga 10 dolar AS (Rp 104 ribu). Penelitian Deloitte ini juga menemukan di Bangladesh, di mana upah buruh jauh lebih rendah, hanya dua persen dari harga pakaian tersebut yang sampai ke pekerja yang membuatnya.
Perusahaan Australia seperti Target Australia, Cotton On, Kmart, Big W, H & M, Pacific Brands dan Just Group semua menggunakan pabrik luar negeri sebagai pemasok, termasuk pabrik di Bangladesh. Cina adalah tujuan utama sumber [pengadaan garmen] untuk Australia, diikuti oleh Bangladesh yang menyediakan sekitar sembilan persen dari pakaian yang dijual di Australia.
Fatimah, warga Bangladesh berusia 25 tahun menghasilkan 43 sen per jam bekerja di sebuah pabrik yang membuat pakaian untuk Big W, H & M dan merek global lainnya.