Selasa 31 Oct 2017 08:24 WIB

Kelompok Ekstremis Hindu di India Kecam Taj Mahal

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Teguh Firmansyah
Taj Mahal India
Foto: EPA
Taj Mahal India

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Sekelompok orang di India menggelar aksi untuk menolak Taj Mahal sebagai ikon negara dalam beberapa bulan terakhir. Seperti dilansir The Guardian, Senin (30/10), kelompok ini menyebut diri mereka kalangan nasionalis dan religius Hindu.

Belum lama ini, lanjut laporan media tersebut, seorang tokoh garis keras Hindu mengecam Taj Mahal sebagai aib bagi identitas India. Alasannya, bangunan yang termasuk Tujuh Keajaiban Dunia itu merupakan warisan peradaban Islam, alih-alih Hindu sebagai agama mayoritas India.

Taj Mahal terletak di negara-bagian Uttar Pradesh, India. Prokontra seputar Taj Mahal sebagai bangunan khas India telah lama mencuat, tetapi baru kali ini menjadi perbincangan di tingkat elite.

Yogi Adityanath, seorang politikus nasional asal Uttar Pradesh, meminta publik untuk melihat perspektif historis siapa yang membangun Taj Mahal. Adityanath memiliki rekam jejak sebagai politikus anti-Muslim.

"Yang penting adalah, bangunan itu dibangun dengan darah dan keringat para petani dan pekerja India," kata Adityanath, seperti dikutip The Guardian, Senin (30/10).

Selain Adityanath, perdana menteri India Narendra Modi juga disebut-sebut memiliki sentimen terhadap kejayaan Islam di masa lalu India. Dalam sebuah kesempatan, Modi diketahui menyebutkan, masa kekuasaan Muslim di India utara tidak ubahnya kolonial Inggris karena sama-sama memperbudak rakyat India.

Kalangan Hindu garis-keras kerap mengutip pernyataan kontroversial seorang budayawan lokal, PN Oak. Beberapa klaimnya antara lain, dunia pernah dipimpin penguasa Hindu, bahasa Inggris hanyalah sebuah dialek dalam bahasa Sansakerta, dan gereja Westminster Abbey di Inggris merupakan kuil Hindu.

Tentang Taj Mahal, Oak mengklaimnya sebagai sebuah kuil Hindu bernama lengkap Tejo Mahalaya. Klaim-klaim semacam Oak telah dibantah kalangan sejarawan akademik. Itu (klaim Oak) sungguh-sungguh salah dan absurd, kata R Nath, sejarawan arsitektur yang telah menghasilkan belasan buku tentang Dinasti Mughal.

Sejarawan lainnya, Rana Safvi, bahkan telah menemukan sejumlah manuskrip yang menyebutkan cara Shah Jahan mendapatkan lahan untuk Taj Mahal. Shah Jahan (meninggal 1666) merupakan kaisar Dinasti Mughal kelima yang dimakamkan di kompleks Taj Mahal. Rana menegaskan, prokontra seputar Taj Mahal hanya isu politik sehingga seakan-akan sejarah India adalah pertentangan antara Islam dan Hindu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement