Kamis 02 Nov 2017 04:43 WIB

Arab Saudi Berambisi Kembangkan Reaktor Nuklir

Rep: Taufik Alamsyan Nanda/ Red: Agus Yulianto
Bendera Arab Saudi
Bendera Arab Saudi

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Arab Saudi berencana untuk mengolah uranium di dalam negeri sebagai bagian dari program tenaga nuklirnya. Selain itu program tersebut juga dilihat sebagai langkah menuju swasembada dalam memproduksi bahan bakar atom.

"Mengenai produksi uranium di Saudi, ini adalah program yang merupakan langkah pertama kita menuju swasembada dalam memproduksi bahan bakar nuklir," kata Hashim bin Abdullah Yamani Kepala the King Abdullah City for Atomic and Renewable Energy (KACARE) pada Senin (30/10) seperti yang dikutp dari arabnews.com. KACARE sendiri merupakan sebuah badan pemerintah Saudi yang bertugas dalam pengembangan nuklir.

Mengekstrak uranium juga dianggap sangat bermanfaat dari sudut pandang ekonomi. "Kami memanfaatkan bijih uranium yang telah terbukti efisien secara ekonomi," ujar Yamani dalam sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

Saudi hendak memanfaatkan kekuatan atom untuk tujuan damai, yakni dalam rangka diversifikasi pasokan energi. Rencananya, dua reaktor nuklir akan dibangun pada akhir tahun 2018.

Reaktor atom membutuhkan uranium yang diperkaya sampai sekitar 5 persen kemurnian. Teknologi yang sama dalam proses ini juga dapat digunakan untuk mengolah logam berat menjadi senjata berteknologi tinggi.

Arab Saudi akan menjadi negara kedua di kawasan Teluk Arab dalam memanfaatkan nuklir setelah Uni Emirat Arab (UEA), yang memulai reaktor nuklir buatan Korea Selatan pada 2018. UEA telah berkomitmen untuk tidak memperkaya uranium itu sendiri.

Salah satu sumber dari kalangan industri mengatakan kepada Reuters bahwa Arab Saudi menjangkau vendor potensial dari Korea Selatan, Cina, Perancis, Rusia, Jepang dan Amerika Serikat untuk dua reaktor pertamanya. Rencana pengembangan reaktor nuklir ini telah mendapatkan momentum sebagai bagian dari Visi 2030 Arab Saudi, sebuah program reformasi ekonomi yang ambisius yang diluncurkan tahun lalu oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

Yamani mengatakan, bahwa Arab Saudi akan segera mengeluarkan undang-undang untuk program nuklirnya dan akan menyiapkan semua peraturan untuk regulator nuklirnya pada kuartal ketiga tahun 2018. "IAEA juga telah diminta untuk melakukan tinjauan terpadu terhadap infrastruktur nuklir kita pada kuartal kedua tahun 2018," katanya.

Menurunya IAEA harus memberikan penilaian dalam upaya untuk mempersiapkan infrastruktur reaktor nuklir Arab Saudi dengan tujuan untuk memperkenalkan tenaga nuklir untuk tujuan damai.

Maher Al-Odan, Kepala Bagian Energi Atom KACARE mengatakan, bahwa sebuah studi pendahuluan memperkirakan Arab Saudi memiliki sekitar 60 ribu ton bijih uranium. Arab Saudi sedang mempertimbangkan untuk membangun sekitar 17,6 gigaWatt kapasitas nuklir pada tahun 2032 yang setara dengan sekitar 17 reaktor nuklir. Hal tersebut menjadikannya salah satu prospek industri yang paling kuat setelah bencana nuklir 2011 di Jepang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement