Jumat 03 Nov 2017 10:06 WIB

Jika Muslim Disebut Teroris, Jika Bukan Disebut Sakit Mental

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Teguh Firmansyah
Investigasi di lokasi aksi serangan teror di kota New York (ilustrasi)
Foto: Euronews
Investigasi di lokasi aksi serangan teror di kota New York (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Menyusul serangan teror tragis di Lower Manhattan, berbagai media fokus pada karakteristik tersangka Sayfullo Habibullaevic Saipov.

Menurut Zaid Zilani dari the Intercept, banyak media fokus mengeksploitasi negara asalnya, Uzbekistan. Kemudian fakta dia datang ke Amerika Serikat dengan visa keragaman, juga sebuah catatan di mobilnya yang merujuk kesetiaannya pada ISIS dan ketertarikannya untuk bersikap riya.

"Di Fox News, pensiunan Green Beret Michael Waltz, yang memiliki kontraktor pertahanan yang beroperasi di Kabul, bahkan menggunakan insiden tersebut sebagai bukti perlunya melakukan serangan di Afghanistan, sebuah negara yang sebenarnya bukan Uzbekistan," tulis Zilani.

Tapi apa yang tidak ditanyakan oleh kebanyakan komentator setelah begitu banyak penembakan massal dan pembunuhan lainnya: Bagaimana dengan kesehatan mental Saipov?

Penting dicatat bahwa jika seorang penembak adalah seorang Muslim, pertanyaannya mengenai kesehatan mental tidak  mungkin ditanyakan, Bahkan jika penyerang, dalam kasus ini, muncul dari sebuah truk yang melambaikan pistol BB dan senjata paintball.

Padahal sikapnya menunjukkan kalau ia aneh. Bagi Stephen Paddock, seorang kulit putih yang menembak mati 58 orang dan melukai ratusan lainnya di Las Vegas, media fokusnya langsung ke kesehatan mentalnya.

Wawancara media dengan pacarnya mengetahui fakta bahwa ia menunjukkan perilaku aneh, seperti terbaring di tempat tidur pada malam hari dan mengeluh dan menjerit.

Baca juga, Serangan New York akan Berdampak ke Imigran Muslim.

DyAnalis medis memperdebatkan apakah kesehatan mentalnya berperan. Penyidik akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa Paddock memiliki kondisi kesehatan mental yang tidak terdiagnosis.

Sedangkan James Alex Fields Jr yang menabrakkan mobilnya ke pengunjuk rasa antirasis di Charlottesville, Virginia, juga diperiksa kesehatan mentalnya.

Salah satu gurunya menjelaskan kepada media bagaimana dia menggunakan obat antipsikotik.Ini semua menunjukkan diskriminasi terhadap pelaku penyerangan. Jika penyerangnya Muslim maka mereka tak akan mempertanyakan kesehatan mentalnya dan langsung melabelinya te

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement