Kamis 09 Nov 2017 11:20 WIB

Mosul Kembali Bergeliat, Lima Bulan Setelah Kekalahan ISIS

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi (tengah) memegang bendera nasional saat tiba di Mosul, Irak, Ahad, 9 Juli 2017.
Foto: Iraqi Federal Police Press Office via AP
Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi (tengah) memegang bendera nasional saat tiba di Mosul, Irak, Ahad, 9 Juli 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSUL -- Hampir lima bulan setelah Perdana Menteri Irak Haidar al-Abadi mengumumkan kemenangan atas ISIS di Mosul, warga mulai membangun kembali kehidupan mereka. Jalanan terlihat ramai oleh penduduk, tak seperti masa pendudukan ISIS yang suram selama tiga tahun.

Ibu-ibu rumah tangga berbelanja di pasar lokal. Sementara anak-anak mudanya menikmati waktu mereka di kafe-kafe. Namun, yang terpenting adalah, kelas telah kembali dibuka untuk para siswa yang sempat putus sekolah.

Dari satu juta warga sipil yang melarikan diri dari kota tersebut, setidaknya 327 ribu orang telah kembali ke rumah mereka hingga 12 Oktober lalu. Tercatat 184 ribu orang pulang ke Mosul Timur dan 143 ribu orang pulang ke Mosul Barat.

"Mosul Timur dan Barat sangat berbeda. Sebanyak 97 persen penduduk telah kembali ke rumah mereka di Mosul timur. Orang-orang membangun kembali kehidupan mereka di sana. Anak-anak bersekolah, layanan dibangun kembali, dan bisnis dibuka. Namun kondisi di Mosul barat sangat parah. Sebagian besar kota hancur dan belum diberi penerangan," ujar Lise Grande, koordinator kemanusiaan PBB untuk Irak, dikutip ABC News.

Di Mosul Timur, 437 sekolah telah dibuka kembali dan 450 ribu anak-anak telah melanjutkan kelas mereka. Sementara di Mosul Barat, hanya 110 sekolah yang telah dibuka kembali untuk menyambut hampir 81 ribu anak-anak, sekitar 36 ribu di antaranya adalah anak perempuan.

Perlu waktu lama bagi sekolah untuk kembali ke keadaan normal, terlebih anak-anak harus menghadapi kondisi suram untuk melanjutkan kelas. Mereka harus melewati jalan-jalan sepi dan banyak reruntuhan bangunan untuk bisa sampai ke sekolah.

Pasukan Khusus Irak mungkin telah berhasil membebaskan kota tersebut dari ekstremis ISIS dalam pertempuran yang berlangsung selama sembilan bulan. Namun, kerusakan yang disebabkan oleh pendudukan ISIS dan serangan udara koalisi pimpinan AS, sangat parah.

Bahan peledak jenis ranjau telah tersebar luas secara acak di seluruh Mosul. Hal ini membuat pemerintah kesulitan untuk menempatkan kembali penduduk. Kerusakan pada infrastruktur, termasuk jembatan, bangunan pemerintah, serta fasilitas air dan limbah juga memperlambat upaya pemulihan.

Perkiraan terakhir PBB menyatakan, perbaikan infrastruktur dasar Mosul akan menghabiskan biaya lebih dari 1 miliar dolar AS. Proses perbaikan ini juga akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikannya. Sekitar 673 ribu penduduk Mosul masih mengungsi dari rumah mereka. Sebanyak 274 ribu orang tinggal di kamp-kamp darurat di pinggiran kota, sementara 400 ribu lainnya tinggal dengan keluarga dan kerabat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement