REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Para pejabat Amerika Serikat khawatir atas langkah yang dilakukan baru-baru ini oleh Putra Mahkota Arab Saudi. Mereka mengatakan, langkah Sang Putra Mahkota Saudi bisa merusak kepentingan AS. Hal itu dilaporkan media kenamaan AS, New York Times.
Diplomat AS bersama dengan pejabat dari Pentagon dan Badan Pusat Intelijen (CIA) mengatakan, Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) berperilaku ceroboh tanpa mempertimbangkan konsekuensi dari tingkah lakunya.
MBS mengkonsolidasikan dan mengamankan kekuatannya setelah ditunjuk ayahnya Raja Salman menjadi raja selanjutnya. Puluhan pejabat senior Saudi dan belasan pangeran Saudi ditahan atas tuduhan korupsi pada 4 November.
Pada hari yang sama, Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri mengumumkan pengunduran dirinya di televisi dari ibukota Saudi, Riyadh. Ia mengatakan, Iran dan gerakan Hizbullah mengganggu urusan negaranya.
Hariri belum kembali dari Saudi dan kritikus di Pemerintahan Lebanon menuduh Riyadh menahan Hariri. Iran pun menuding Saudi mengintervensi urusan Lebanon.
Seperti dilansir Aljazirah, Rabu, (15/11), komentar pejabat Kementerian Luar Negeri AS dan sejumlah pejabat lainnya mencerminkan perpecahan dalam pemerintahan Presiden Donald Trump.
Setelah penangkapan massal para elite Saudi, Trump melalui Twitter-nya mengatakan, ia sangat percaya Raja Salman dan Putra Mahkota Saudi tahu persis apa yang mereka lakukan.
"Beberapa dari mereka yang ditahan telah 'memerah susu' Saudi selama bertahun-tahun," ujarnya.
Saudi dengan sekutunya juga memberlakukan blokade di negara tetangga Qatar pada 5 Juni. Riyadh menuduh Doha mendukung ekstremisme di wilayah tersebut. Qatar membantah keras tuduhan tersebut.