Jumat 17 Nov 2017 14:00 WIB

Korban Banjir Yunani Kenang Saat Bencana

Banjir bandang di Mandra di barat Athena, Yunani menyebabkan mobil menimpa rumah, Kamis (16/11).
Foto: AP Photo/Petros Giannakouris
Banjir bandang di Mandra di barat Athena, Yunani menyebabkan mobil menimpa rumah, Kamis (16/11).

REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras pada Kamis (16/11) mengunjungi Mandra, daerah yang paling parah dilanda banjir bandang di sebelah barat Athena, dan menjanjikan bantuan segera negara buat orang yang jadi korban.

Sementara itu jumlah korban jiwa naik jadi 16, demikian data resmi paling akhir. Empat orang lagi belum ditemukan setelah hujan lebat yang sangat merusak dan operasi pertolongan direncanakan berlanjut sampai malam kedua, kata Dinas Pemadam.

"Kami memiliki kesempatan menyaksikan luasnya kerusakan dengan mata kepala kami sendiri. ... Kami berjanji akan segera melakukan pembangunan kembali dan penyembuhan korban cedera," kata Tsipras setelah mengunjungi daerah tersebut, yang berada 20 kilometer dari Ibu Kota Yunani, Athena. Ia ditemani oleh beberapa menteri dan pejabat lain.

Hujan lebat mengubah jalan jadi sungai berlumpur yang menghanyutkan mobil, merobohkan tembok dan tiang listrik.

Pada Kamis, meskipun topan yang agak sedang menerjang daerah tersebut, warga berusaha membersihkan tempat usaha dan rumah mereka, sementara awak yang dibantu ahli sedang menilai kerusakan.

Yunani Berkabung karena Banjir Tewaskan 15 Orang

"Air bergerak cepat memasuki rumah hingga setinggi satu meter. Jika anda masuk, anda akan melihat tingkatnya. Lihat! Semuanya berantakan. Ranjang, furnitur, karpet ... Liha! Semuanya hancur, seluruhnya hancur. Ada tembok semen di sekitar halaman. (Tembok) itu ambruk," kata Dimitris Liaskos kepada Xinhua. Ia memperlihatkan keadaan di sekeliling rumahnya.

"Beritahu saya apakah saat ini kami bisa membangun kembali rumah ini?" ia mempertanyakan. Ia merujuk kepada kesulitan ekonomi yang rata-rata diderita rumah tangga di Yunani dalam beberapa tahun belakangan akibat krisis utang tujuh tahun.

Kerusakan keuangan akibat banjir bandang tersebut menambah parah kecemasan terus-menerus sehingga mempersulit rakyat untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap bulan.

"Ibu saya berada di dalam dan kami menyelamatkan diri pada saat terakhir. Kami dengan susah-payah mengambil cucunya dari pelukannya ... Semuanya terjadi dalam 10 menit. Tak ada waktu untuk bereaksi," ia mengenang.

Banjir bandang menerjang pada Rabu dini hari, ketika kebanyakan orang masih tidur. Banyak korban adalah orang yang berusia lanjut dan tinggal di lantai bawah serta pengendara.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement