REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Korban tewas dalam serangan bom di sebuah masjid di Provinsi Sinai Utara, Mesir, terus bertambah. Kini jumlahnya tercatat mencapai 235 orang. Insiden yang terjadi pada Jumat (24/11) itu menjadi salah satu serangan paling mematikan di negara tersebut baru-baru ini.
Ledakan bom menghancurkan Masjid Rawda, yang terletak 40 kilometer di sebelah barat ibu kota Sinai Utara, El-Arish. Setelah itu sejumlah orang bersenjata melepaskan tembakan ke arah para jamaah yang sedang melaksanakan ibadah shalat Jumat.
Dilansir dari Arab News, seorang pemimpin suku dan kepala milisi Bedouin yang bertarung dengan ISIS, mengatakan masjid tersebut dikenal sebagai tempat berkumpulnya para Sufi. Korban ledakan terdiri atas warga sipil dan anggota wajib militer.
Para militan sebelumnya telah menculik dan memenggal seorang pemimpin sufi tua, karena menuduh pria itu melakukan sihir yang dilarang oleh Islam. Mereka kemudian menculik para praktisi sufi dan membebaskannya setelah bertobat.
ISIS cabang Mesir telah membunuh ratusan polisi dan tentara, dan juga warga sipil yang dituduh bekerja sama dengan pihak berwenang, di utara semenanjung Sinai. Mereka juga sering menargetkan pengikut Islam Sunni dan juga umat Kristen.
ISIS sering melakukan serangan terhadap tentara dan polisi di semenanjung yang berbatasan dengan Israel dan Jalur Gaza itu. Sejak tahun lalu, mereka beralih ke sasaran warga sipil, menyerang bukan hanya orang-orang Kristen dan Sufi tapi juga penduduk Bedouin Sinai yang dituduh bekerja sama dengan tentara.
Selain ISIS, Mesir juga menghadapi ancaman dari militan Alqaidah, yang beroperasi di negara tetangga Libya. Sebuah kelompok yang menamakan dirinya Ansar al-Islam mengklaim bertanggung jawab dalam sebuah penyergapan pada Oktober lalu di Gurun Barat Mesir yang menewaskan setidaknya 16 polisi.