Rabu 29 Nov 2017 09:33 WIB

Rudal Korut Mendarat di Dekat Perairan Jepang

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Elba Damhuri
Peluncuran rudal korut.
Foto: EPA
Peluncuran rudal korut.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Rudal balistik antarbenua (ICBM) yang diluncurkan Korea Utara (Korut) pada Selasa (28/11), dilaporkan telah mendarat di dekat Jepang. Uji coba terbaru ini memberikan peringatan bahwa Washington, DC, dapat secara teknis berada dalam jangkauan rudal.

Pentagon menjelaskan, ICBM ini diduga diluncurkan dari Sain Ni di Korut dan menempuh perjalanan sekitar 1.000 km sebelum menceburkan diri di Laut Jepang. Rudal tersebut tidak menimbulkan ancaman bagi wilayah AS atau wilayah sekutunya.

Pemerintah Jepang memperkirakan rudal tersebut terbang selama sekitar 50 menit dan mendarat di laut di zona ekonomi eksklusif Jepang. Sebuah rudal Korut yang diluncurkan pada 29 Agustus juga mengudara selama 14 menit di atas Jepang.

Menteri Pertahanan Jepang Itsunori Onodera mengatakan rudal itu mencapai ketinggian 4.000 kilometer dan terpecah sebelum mendarat di zona ekonomi eksklusif Jepang. Dia mengatakan rudal itu dapat dipastikan merupakan jenis ICBM.

"Jika angka-angka ini benar, dan jika rudal terbang di atas lintasan standar dan bukan lintasan lofted, maka rudal ini akan memiliki jangkauan lebih dari 13.000 km. Rudal semacam ini akan memiliki jarak yang lebih dari cukup untuk mencapai Washington, DC," kata Persatuan Ilmuwan Peduli yang berbasis di AS.

"Kami tidak tahu seberapa berat muatan yang dibawa rudal ini, namun mengingat peningkatan jangkauan, nampaknya rudal itu membawa hulu ledak yang sangat ringan. Jika benar, rudal tidak mungkin membawa hulu ledak nuklir ke tempat ini, karena hulu ledak semacam itu akan jauh lebih berat," kata kelompok advokasi sains nirlaba tersebut.

Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (Korsel) mengatakan rudal tersebut ditembakkan dari Pyongsong, sebuah kota di Provinsi Pyongan Selatan, sekitar pukul 18.10 waktu setempat. Militer Korsel mengatakan rudal ini memiliki ketinggian sekitar 4.500 km dan terbang sejauh 960 km.

Beberapa menit setelah Korut menembakkan rudal tersebut, militer Korsel melakukan uji coba rudal sebagai tanggapan. Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengatakan peluncuran telah diantisipasi. Moon mengatakan tidak ada pilihan lain, selain terus menerapkan tekanan dan sanksi terhadap Korut.

Seorang pejabat intelijen AS mengatakan indikasi awalnya adalah rudal tersebut tidak secara signifikan lebih kuat dari pada Hwasong 14 yang diuji Pyongyang pada Juli lalu. Hwasong-14 adalah ICBM tahap dua Korut yang diuji dua kali pada Juli.

Pejabat dan ahli pertahanan Korsel dan AS mengatakan Hwasong-14 mungkin memiliki jangkauan sekitar 10 ribu km. Rudal ini mungkin bisa menyerang banyak bagian di AS, namun bukan Pantai Timur.

Korut melepaskan rudal tersebut sepekan setelah Presiden AS Donald Trump menempatkan negara itu kembali ke daftar negara-negara yang mendukung terorisme. Penunjukan tersebut memungkinkan AS untuk menjatuhkan lebih banyak sanksi, walaupun beberapa pakar mengatakan hal ini berisiko menimbulkan ketegangan lebih lanjut di Semenanjung Korea.

Korut telah melakukan puluhan uji coba rudal balistik di bawah kepemimpinan Kim Jong-un. Trump telah bersumpah untuk tidak membiarkan Korut mengembangkan rudal berhulu nuklir yang bisa menjangkau daratan AS.

"Situasi ini akan kita tangani," ujar Trump, menanggapi uji coba rudal terbaru Korut ini, kepada wartawan di Gedung Putih, Selasa (28/11).

Trump telah berbicara melalui sambungan telepon dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. Wakil sekretaris kabinet Jepang, Yasutoshi Nishimura, mengatakan mereka sepakat untuk meningkatkan kemampuan pencegahan terhadap Korut.

Trump mengatakan peluncuran tersebut tidak mengubah pendekatan pemerintahannya terhadap Korut, yaitu memberikan sanksi perdagangan. Washington memandang strategi itu penting untuk menghalangi ambisi Pyongyang untuk mengembangkan rudal yang mampu mencapai AS.

Washington telah berulang kali mengatakan semua opsi, termasuk opsi militer, dapat diambil dalam menghadapi Korut. Namun AS lebih menyukai solusi damai agar Pyongyang setuju untuk menyerahkan program senjatanya.

"Upaya diplomatik tetap berjalan dan terbuka, untuk saat ini. AS tetap berkomitmen untuk menemukan jalan damai menuju denuklirisasi dan untuk mengakhiri potensi perang dengan Korut," kata Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson.

Menurutnya, selain melakukan sanksi PBB yang ada, masyarakat internasional harus mengambil tindakan tambahan untuk meningkatkan keamanan maritim. Masyarakat diminta untuk menunda lalu lintas mmaritim termasuk bepergian ke Korut.

Dewan Keamanan PBB dijadwalkan akan bertemu pada Rabu (29/11) untuk membahas peluncuran rudal terbaru Korut. Korut tidak memberikan indikasi pihaknya bersedia menyerahkan program persenjataannya dan kembali memasuki perundingan diplomatik.

sumber : Reuters/AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement