REPUBLIKA.CO.ID, SUVA -- Dicemooh karena berkulit pucat dan ditinggalkan keluarga adalah pengalaman buruk warga Fiji dengan albinisme, yang perlu ditangani bersama di wilayah Pasifik dengan tingkat kelainan bawaan tertinggi di dunia itu. Hal itu diungkapkan Pakar Perserikatan Bangsa-Bangsa, Kamis (6/12).
Ikponwosa Ero, yang ditunjuk sebagai ahli mandiri pertama untuk albinisme PBB dua tahun lalu, mengatakan sudah terlalu lama pengobatan albino di Fiji diabaikan meski diperkirakan satu dari 700 penduduk asli Fiji mengalami albinisme.
Ero, pengacara Nigeria dengan albinisme, mengatakan bahwa kekurangan data tentang orang Fiji dengan albinisme, layanan kesehatan terbatas, stigma dan diskriminasi membuat kelompok tersebut berada dalam bayang-bayang.
"Mereka hanya tidak terlihat. Telah ada sejarah kelalaian, ini tidak bermaksud khusus, namun ini tentang bagaimana berbagai hal dijalankan," demikian Ero, yang mengunjungi Fiji untuk melihat hak orang dengan albinisme, yang mempengaruhi sekitar satu dari 20.000 orang di seluruh dunia.
Warga albino di negara kepulauan Pasifik sering diintimidasi karena penampilan mereka, dengan beberapa orang yang terlalu trauma untuk menjelajah keluar, menurut Ero.
Beberapa suami meninggalkan istri mereka jika mereka melahirkan anak dengan albinisme, dan terkadang anak-anak ditinggalkan orangtua mereka, tambahnya.
Dengan sedikit atau tidak sama sekali terdapat melanin - pigmen yang mewarnai mata, rambut dan kulit, dan melindungi tubuh dari efek berbahaya dari efek efek buruk sinar matahari - merupakan ancaman yang lebih besar bagi warga albino di wilayah Pasifik oleh sinar matahari dan kurangnya perawatan khusus, seperti ahli kulit.
Ero mengatakan bahwa kunjungannya menyoroti "kebutuhan untuk membawa kelompok ini ke dalam masyarakat Fiji dari bayang-bayang, dan penderitaan pribadi dan ke dalam kesadaran nasional".
Pengacara Fiji, Heneral Aiyaz Sayed-Khaiyum mengatakan kepada media lokal minggu ini bahwa pemerintah berkomitmen untuk memberikan dukungan dan sumber daya kepada mereka yang menderita albinisme.
Sayed-Khaiyum dan kementerian kesehatan Fiji tidak dapat menjawab telepon untuk memberi komentar. Di Afrika sub-Sahara, di mana satu dari 15.000 orang dengan kondisi sebagian tubuhnya albino sangat diagungkan dalam ilmu sihir dan bernilai tinggi.
Lebih dari 600 serangan terjadi di 26 negara Afrika sejak 2007, dengan hampir dua pertiga korban adalah anak-anak, demikian PBB. Serangan serupa belum dilaporkan di Fiji.