Rabu 20 Dec 2017 11:14 WIB

Universitas Australia Tindak Lanjuti Kasus Serangan Seksual

Mahasiswa Sydney University melakukan aksi protes terhadap serangan seksual yang terjadi di kampus.
Foto: ABC
Mahasiswa Sydney University melakukan aksi protes terhadap serangan seksual yang terjadi di kampus.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Hampir semua universitas di Australia telah menerapkan rekomendasi dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyusul laporan tentang pelecehan seksual di lingkungan universitas.

Komnas HAM menemukan 51 persen mahasiswa dilecehkan secara seksual setidaknya sekali selama tahun 2016, sementara satu dari empat mahasiswa dilecehkan secara seksual di lingkungan universitas setidaknya satu kali selama tahun 2016.

Laporan tersebut didasarkan pada sebuah survei yang dilakukan terhadap 39.000 mahasiswa di seluruh Australia. Selain itu juga didorong oleh aktivisme kelompok perempuan di berbagai kampus di tengah laporan mengenai buruknya penanganan universitas terkait insiden penyerangan seksual.

Saat ini, Komnas mengumumkan 32 dari 39 universitas telah menerima seluruh rekomendasi Komnas, sedangkan sisanya menerima kebanyakan isi rekomendasi.

Langkah-langkah yang diambil kalangan universitas mencakup tinjauan terhadap kebijakan dan prosedur penanganan kasus penyerangan, pelatihan bagi staf dan mahasiswa untuk merespons dengan tepat, penyadaran akan hubungan yang saling menghargai serta aplikasi untuk meningkatkan keamanan.

"Saya senang melihat para rektor menunjukkan kepemimpinan dan mengambil tindakan untuk menanggapi laporan tersebut," kata Komisaris Komnas HAM Kate Jenkins.

"Saya mendesak mereka untuk memanfaatkan kesempatan ini dan menunjukkan kepemimpinan, melakukan perbaikan bagi mahasiswa dan masyarakat Australia umumnya," katanya.

"Seperti yang telah kita lihat belum lama ini, kekerasan seksual dan pelecehan seksual terjadi tidak hanya di universitas, tapi juga dalam masyarakat kita," tambah Jenkins.

Australian National University (ANU), yang memiliki kasus serangan seksual dua kali lipat dari universitas lainnya, kini telah menunjuk Donelle Wheeler, mantan diplomat dan ketua Australian National Committee for UN Women, sebagai ketua kelompok penanganan seksisme, pelecehan dan penyerangan seksual di kampus tersebut.

Canberra Rape Crisis Center juga hadir secara penuh di kampus itu sejak Agustus lalu.

Sementara Deakin University berkomitmen melakukan tinjauan independen untuk menemukan faktor di balik serangan dan pelecehan seksual di lingkungan tempat tinggal mahasiswa Deakin.

Laporan Change the Course menemukan hanya 6 persen mahasiswa menganggap universitas mereka melakukan hal yang cukup memadai dalam mengatasi pelecehan seksual.

Sebanyak 39 universitas telah mengambil langkah meningkatkan ketersediaan dan visibilitas layanan pendukung sedangan 20 universitas lainnya memiliki atau akan meluncurkan aplikasi yang memberikan informasi mengenai persetujuan, hubungan dan keamanan kampus.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.

 

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/studi-nad-inovasi/universitas-di-australia-tindaklanjuti-kasus-serangan-seksual/9271480
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement