Ahad 24 Dec 2017 18:11 WIB

Israel Tutup Akses Tepi Barat ke Ramallah

Rep: rizkyan adiyudha/ Red: Joko Sadewo
Petugas intel Israel yang menyamar menangkap pemuda Palestina pada aksi unjukrasa di Kota Ramallah, Tepi Barat, Palestina.
Foto: Mohamad Torokman/Reuters
Petugas intel Israel yang menyamar menangkap pemuda Palestina pada aksi unjukrasa di Kota Ramallah, Tepi Barat, Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Militer Israel kembali menutup akses pos pemeriksaan ke Ramallah dan Al-Bireh melalui kawasan tepi barat yang mereka kuasai. Hal tersebut dilakukan sebagai respon protes yang dilakukan warga Palestina terkait keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Koordinator Kegiatan Pemerintahan di Wilayah Israel (COGAT) memutuskan untuk menutup akses District Coordination Offices (DCO) yang menghubungkan Ramallah dan kawasan Utara Tepi Barat. Penutupan tersebut akan diberlakukan hingga ada pemberitahuan selanjutnya menyusul kekacauan di dekat pintu masuk Ramallah.

"Keputusan kini ada ditangan warga Palestina, saat situasi kembali kondusif, kondisi normal akan diberlakukan lagi. Tapi selama kekerasn terus terjadi peratasan akan terus ditutup," kata pernyataan resmi COGAT seperti diwartakan Aljazira, Ahad (24/12).

COGAT merupakan bagian dari badan militer Israel yang mengadministrasi kawasan Tepi Barat. Akses yang ditutup mliter itu menawarkan rute yang lebih pendek dari Tepi Barat ke Ramallah. Rute tersebut biasa digunakan oleh pelancong, pejabat pemerintah, diplomat hingga jurnalis.

Sementara, protes dilakukan warga Palestina guna menentang keputusan sepihak Amerika Serikat yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Sejak pengakuan satu arah itu dibuat, hingga saat ini militer Israel telah menewaskan 12 warga Palestina.

Belasan warga tewas itu juga diakibatkan seragan udara yang dilakukan militer Israel. Sedikitnya 2900 warga lainnya juga mengalami luka-luka dan 400 penduduk ditahan otoritas negara zionis tersebut.

Majelis Umum Perserikatan Bansa-Bansa (PBB) telah memungut suara dan menetapkan keputusan Amerika terkait Yerusalem tidak berlaku. Paman Sam lantas menebar ancaman akan mencatat nama-nama negara yang tidak mendukung keputusan mereka.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement