REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Ukraina dan separatis yang didukung Rusia telah melakukan pertukaran tahanan massal. Hal ini menandai kesepakatan terbesar sejak konflik bersenjata di wilayah timur Ukraina pecah pada 2014.
Seperti dilansir Aljazirah, Kamis (28/12), tawanan yang termasuk aktivis dan wartawan ditukar pada Rabu di dekat kota Horlivka, timur laut Donetsk.
Menurut ketentuan perjanjian tersebut, 74 tentara Ukraina diperkirakan akan ditukar dengan 306 separatis pro-Rusia. Namun seorang pejabat Ukraina mengatakan, Ukraina menyerahkan 235 orang. "Semua 74 sandera Ukraina sudah berada di rumah, di wilayah yang dikuasai oleh tentara kita," tulis Presiden Ukraina Petro Poroshenko di Twitter.
Ini adalah pertukaran tahanan pertama di Ukraina timur sejak September 2016. Di Horlivka, puluhan anggota keluarga menantikan kembalinya orang yang mereka cintai.
"Hal pertama yang akan saya katakan kepada suami saya adalah bahwa waktu Anda di penjara belum sia-sia dan, tentu saja, saya mencintaimu," ujar istri Mykola Gerasimenko, seorang supir di tentara Ukraina yang ditahan oleh pasukan pro-Rusia selama hampir tiga tahun.
Pertukaran ini terjadi setelah negoisasi berbulan-bulan. Pertukaran ini sesuai dengan perjanjian Minsk yang ditengahi oleh Jerman dan Prancis dan ditandatangani oleh Rusia dan Ukraina pada 2015.
Dalam perjanjian disebutkan tentang gencatan senjata, penarikan senjata berat 15 km di kedua sisi garis depan dan reformasi konstitusional untuk memberikan Ukraina timur otonomi lebih.
Namun, pertempuran mematikan terus berlanjut, dengan kedua belah pihak saling menyalahkan karena pelanggaran gencatan senjata dan kemajuan yang terhambat terhadap solusi politik manapun.
Konflik di Ukraina dimulai pada 2014, ketika separatis pro-Rusia mengambil alih bagian-bagian wilayah Donbass Ukraina timur, yang terdiri dari provinsi Donetsk dan Luhansk. Rusia juga mencaplok semenanjung Krimea dari Ukraina beberapa bulan sebelumnya.
Sekitar 10 ribu orang, termasuk setidaknya 2.000 warga sipil, telah terbunuh sejak pertempuran dimulai, sementara 1,7 juta orang lainnya terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Pertukaran tahanan menciptakan beberapa harapan bahwa solusi jangka panjang dimungkinkan dan kedua belah pihak dapat berbicara untuk melakukan pertukaran tahanan lebih lanjut. Namun, tidak ada akhir yang konkret dari konflik.