REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Donald Trump mengaku sangat kecewa dengan Cina. Ini menyusul adanya sebuah laporan bahwa Cina mengizinkan ekspor minyak ke Korea Utara.
Dalam cuitan di akun Twitter-nya, Trump mengatakan Cina telah 'tertangkap basah'. Trump mengatakan, tidak akan pernah ada solusi yang bersahabat terhadap krisis Korea Utara, jika minyak diizinkan untuk diekspor ke Pyongyang.
Cina sebelumnya membantah telah terjadi pelanggaran terhadap sanksi minyak PBB antara Cina dan Korea Utara. Pekan lalu, Beijing mendukung sebuah resolusi PBB yang dirancang AS yang mencakup langkah-langkah untuk memangkas impor bensin Korea Utara hingga 90 persen.
Sanksi baru yang keras merupakan usaha baru untuk mengekang uji coba rudal balistik Pyongyang yang kontroversial. Cecaran terakhir Presiden Trump melawan Cina terjadi setelah surat kabar Korea Selatan, Chosun Ilbo melaporkan bahwa kapal tanker Cina diam-diam memindahkan minyak di laut ke kapal-kapal Korea Utara.
Mengutip pejabat pemerintah Korea Selatan, Trump mengatakan, pengiriman dari kapal ke kapal secara ilegal telah ditangkap oleh satelit mata-mata AS, sekitar 30 kali sejak Oktober lalu.
Pejabat AS tidak mengkonfirmasi laporan tersebut, namun seorang pejabat departemen pemerintah yang dikutip oleh Reuters mengatakan bahwa transfer tersebut masih dapat terjadi. "Transfer dari kapal ke kapal, tetap menjadi perhatian sebagai bagian dari tindakan penghindaran sanksi Korut," kata pejabat tersebut, seperti yang dilansir di BBC News, Jumat (29/12).
Cina merupakan mitra dagang utama Korea Utara yang telah berulang kali mengatakan telah sepenuhnya memberlakukan semua resolusi PBB untuk melawan Pyongyang.
Menanggapi laporan pengiriman minyak dari kapal ke kapal tersebut, juru bicara Kementerian Pertahanan Cina, Ren Guoqiang mengatakan kepada wartawan, "Situasi yang Anda sebutkan sama sekali tidak ada."
Juru bicara departemen luar negeri AS Michael Cavey, mengulangi seruan yang sama agar semua negara memutuskan hubungan ekonomi dengan Korea Utara.
"Kami mendesak Cina untuk mengakhiri semua ikatan ekonomi dengan DPRK (Korea Utara), termasuk pariwisata dan penyediaan produk minyak atau minyak bumi," katanya.