Jumat 29 Dec 2017 18:46 WIB

Vaksin Kolera Terancam tak Sampai ke Yaman

Seorang anak Yaman yang terkena wabah kolera dirawat di sumah sakit setempat di Sana'a, Yaman. Menurut laporan PBB tiga juta balita Yaman terancam malnutrisi akibat konflik berkepanjangan antara dua pihak yang masing-masing didukung Arab Saudi dan Iran.
Foto: Yahya Arhab/EPA
Seorang anak Yaman yang terkena wabah kolera dirawat di sumah sakit setempat di Sana'a, Yaman. Menurut laporan PBB tiga juta balita Yaman terancam malnutrisi akibat konflik berkepanjangan antara dua pihak yang masing-masing didukung Arab Saudi dan Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON/JENEWA -- Wabah kolera terburuk dalam sejarah diperkirakan bisa kembali terjadi di Yaman pada Maret 2018. Badan kesehatan dunia dikabarkan hanya punya waktu beberapa bulan untuk menyalurkan vaksin ke negara dilanda perang saudara tersebut.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, sekitar tiga juta dosis vaksin oral kolera sudah disiapkan untuk menghadapi keadaan serupa. Persediaan vaksin tersebut dapat dikirimkan ke Yaman sebagai imunisasi menjelang musim hujan.

Musim hujan dapat meningkatkan ancaman penyebaran kolera melalui air tercemar kotoran manusia. Menurut WHO, sudah satu juta warga Yaman terjangkit kolera.  

WHO kesulitan menyalurkan vaksin ke warga Yaman pada awal tahun ini akibat perang, yang masih bergejolak. WHO dan petugas kesehatan setempat mengaku menghadapi kesulitan perbekalan dan teknis.

Sebagai akibatnya, WHO kini tidak yakin bisa melaksanakan pengiriman vaksinasi sesuai dengan rencana. "Kami telah mendiskusikan sejumlah rencana, namun keberhasilannya sangat bergantung dengan situasi di lapangan," kata juru bicara WHO Gregory Harti di Jenewa.

Sementara itu, Abdulhakeem Alkohlani, juru bicara kementerian kesehatan Yaman di Sanaa, mengatakan bahwa pihaknya "memutuskan untuk menunda vaksinasi sampai tahun depan".

Wabah kolera di Yaman adalah salah satu yang terburuk dalam catatan sejarah. Lebih dari 2.200 nyawa telah melayang sejak April tahu ini akibat penyakit yang sering kali menyebar dalam situasi konflik dan bencana alam tersebut--dengan memanfaatkan buruknya sanitasi untuk penyebaran.

Komite Palang Merah Internasional memperkirakan sudah ada satu juta warga Yaman yang terjangkit kolera hingga 21 Desember. Selain itu, sebanyak tujuh juta warga juga terancam menderita kelaparan dan difteri.

Pakar kolera dari WHO, Dominique Legros, mengatakan bahwa pihaknya berencana untuk melakukan vaksinasi dari distrik ke distrik di Yaman mulai pada awal 2018. "Vaksin ini harus sampai di Yaman dalam skala besar. Jika kami bisa mendistribusikannya ke satu juta orang sebelum musim hujan, maka ini adalah keberhasilan yang signifikan," kata Legros.  "Namun di Yaman, semuanya tergantung pada keputusan pemerintah untuk mengizinkannya atau tidak," kata dia.

Pada Juni, kantor WHO di Yaman meminta 3,4 juta dosis vaksin kolera dari organisasi vaksin internasional (IGC) di Jenewa. IGC saat itu baru bisa mengirim satu juta dosis untuk Yaman.

Namun, tiga pekan kemudian, rencana tersebut gagal di tengah jalan. Hampir setengah juta dosis vaksin tertahan di bandara Djibouti, dan WHO mengumumkan keputusan pembatalan vaksinasi.

Legros mengatakan bahwa keputusan itu tidak muncul dari WHO. "Adalah keputusan kementerian kesehatan Yaman untuk tidak menggunakan vaksin," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement