REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- The King Salman Center for Humanitarian Aid and Relief (KSRelief) menyampaikan berita wabah kolera di Yaman terlalu dibesar-besarkan oleh media dan organisasi internasional, Senin (8/1). KSRelief merupakan salah satu lembaga yang meluncurkan upaya cepat tanggap mengatasi wabah kolera di lokasi.
Juru bicara KSRelief Dr Samer A Aljetaily mengatakan, wabah kolera di Yaman tidak separah yang diberitakan oleh media. "Saya pikir ada kesalahpahaman tentang terminologi dan definisi epidemi yang digunakan dalam berita-berita," kata dia dalam jumpa pers.
Aljetaily menyampaikan, beberapa organisasi membicarakan kasus yang dicurigai seolah-olah kasus itu dikonfirmasi. Padahal, ada perbedaan besar di antara keduanya.
Dia mengatakan, beberapa infeksi lain juga dilaporkan sebagai kolera, padahal itu tidak tepat. "Tidak ada kriteria seperti yang dideskripsikan sebagai kasus kolera di Yaman," katanya.
Temuan ini merupakan hasil konsultasi dengan Centers for Disease Control and Prevention, lembaga kesehatan masyarakat nasional Amerika Serikat. Mereka menyebut ada manipulasi data.
Data tidak akurat dan jumlahnya dibesar-besarkan sehingga isu ini menjadi parah. "Beberapa organisasi ingin menggambarkan keadaan yang sangat gelap tentang apa yang terjadi di Yaman," kata dia.
Aljetaily mengatakan, mereka yang melebih-lebihkan fakta mungkin adalah organisasi penentang perang. Sehingga, tambahnya, mereka memiliki misi untuk menghentikan yang sekarang terjadi demi memulihkan pemerintah yang sah di Yaman.