REPUBLIKA.CO.ID, Pada 19 Januari 1966, setelah kematian Perdana Menteri India Lal Bahadur Shastri, Indira Gandhi yang merupakan presiden Partai Kongres, menjabat sebagai Perdana Menteri India. Dia adalah kepala pemerintahan perempuan pertama di India yang menjabat sampai ia tewas terbunuh pada 1984.
Gandhi adalah putri Jawaharlal Nehru, perdana menteri pertama Republik India yang merdeka. Dia menjadi tokoh politik nasional pada 1955, saat terpilih sebagai anggota badan eksekutif Partai Kongres. Pada 1959, dia menjabat sebagai presiden partai tersebut.
Segera setelah menjadi Perdana Menteri India, Gandhi ditantang oleh sayap kanan Partai Kongres. Pada pemilihan 1967 dia hanya mendapatkan sebuah kemenangan kecil dan karenanya ia harus memerintah dengan seorang wakil perdana menteri.
Pada 1971, Gandhi kembali memenangkan pemilihan dengan gemilang atas oposisi dan menjadi pemimpin India yang tak terbantahkan lagi. Di tahun itu, dia memerintahkan invasi India ke Pakistan untuk mendukung terciptanya Bangladesh. Invasi itu membantunya meraih popularitas yang lebih besar dan membawa Partai Kongres barunya meraih kemenangan telak dalam pemilihan nasional pada 1972.
Selama beberapa tahun ke depan, pemerintahan Gandhi memerangi meningkatnya kerusuhan yang disebabkan oleh kekurangan pangan, inflasi, dan perselisihan regional. Pemerintahannya dikritik karena taktiknya yang kuat dalam menghadapi masalah ini.
Sementara itu, tuduhan Partai Sosialis yang mengatakan dia melakukan penipuan dalam pemilihan 1971, telah menjadi skandal nasional. Pada 1975, Pengadilan Tinggi di Allahabad memvonisnya melakukan pelanggaran pemilihan ringan dan melarangnya melakukan kegiatan politik selama enam tahun.
Sebagai tanggapan dari vonis itu, Gandhi menyatakan keadaan darurat di seluruh India, memenjarakan ribuan lawan politik, dan membatasi kebebasan pribadi di negara tersebut. Di antara beberapa program kontroversialnya adalah sterilisasi paksa pria dan wanita sebagai alat untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk.
Pada 1977, pemilihan nasional yang telah lama ditunda akhirnya diadakan. Dalam pemilihan ini, dengan segera Gandhi dan partainya tersapu dari pemerintahan. Di tahun berikutnya, pendukung Gandhi berpisah dari Partai Kongres dan membentuk Partai Kongres (I), dengan slogan "saya berdiri untuk Indira."
Kemudian pada 1978, Gandhi dipenjara sebentar karena kasus korupsi. Setelah Partai Janata yang berkuasa runtuh, Partai Kongres (I), dengan Indira sebagai pimpinannya, kembali memenangkan pemilihan spektakuler pada 1980, dan Gandhi kembali menjadi perdana menteri.
Dilansir di History, pada awal 1980-an, beberapa negara bagian mengintensifkan seruan mereka untuk mendapatkan otonomi yang lebih besar dari New Delhi. Gerakan separatis Sikh di Punjab bahkan beralih ke kekerasan dan terorisme.
Pada 1984, para pemimpin Sikh mendirikan pangkalan militer di Kuil Emas suci mereka di Amritsar. Gandhi menanggapinya dengan mengirim tentara India, sehingga ratusan warga Sikh terbunuh dalam serangan pemerintah itu.
Sebagai pembalasan atas serangan tersebut, seorang anggota pengawal pribadi Gandhi menembak mati perdana menteri itu di rumahnya pada 31 Oktober 1984. Gandhi kemudian digantikan oleh anaknya, Rajiv Gandhi, sebagai perdana menteri.