REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Pemerintah Myanmar membantah laporan yang menyebut adanya lima kuburan massal Muslim Rohingnya yang dibunuh militer dengan dibantu warga Buddha di sana. Pemerintah Myanmar menyatakan hanya membunuh teroris dan menguburkan mereka dengan layak.
Kamis (1/2) lalu, Associated Press (AP), melaporkan adanya kuburan massal di Desa Gu Dar Pyin yang divalidasi melalui berbagai wawancara lebih dari 20 Muslim Rohignya yang berhasil menyelamatkan diri ke pengungsian di Bangladesh dan aneka video ponsel. Gambar satelit dan video rumah-rumah warga juga menunjukkan Muslim Rohingya di desa-desa 'disapu'.
Dalam keterangan resmi Komite Informasi Pemerintah Myanmar menyampaikan, 17 pejabat permasuk polisi penjaga perbatasan, datang ke desa Gu Dar Pyin untuk menginvestigasi laporan tersebut. Warga dan kepala desa menyatakan kepada 17 pejabat itu kalau tuduhan adanya kuburan massal itu tak pernah ada.
Berdasarkan pernyataan Pemerintah Myanmar, warga Rohingya adalah teroris dan ancaman bagi keamanan yang harus dihilangkan dalam operasi militer di desa-desa. Laporan versi Pemerintah Myanmar itu mencatat sekitar 500 warga menyerang porsonel operasi militer dengan senjata tajam dan bongkahan kayu. Ini memaksa personel militer melepaskan tembakan untuk membela diri.
Laporan itu menyatakan hanya 19 orang teroris yang meninggal tertembak dan tubuh mereka dikuburkan dengan layak. "Pemerintah Myanmar tak akan membiarkan pelanggaran HAM terjadi dan akan menginvestigasinya serta bekerja sama dengan kejaksaan," ungkap Pemerintah seperi dikutip AP, Sabtu (3/2).
Atas nama Desa Gu Dar Pyin, Pemerintah Myanmar menyatakan evaluasi yang mereka lakukan telah membuktikan tuduhan kuburan massal dalam laporan AP merupakan kesalahan. Juru bicara AP Lauren Easton menyatakan, AP tetap berpegang pada laporan yang mereka publikasikan.
Lebih dari 680 ribu warga Rohingaya meninggalkan negara bagian Rakhine, Myanmar menunju Bangladesh saat operasi militer dimulai dan dibalas oleh kelompok militan Rohingya. PBB dan AS menggambarkan operasi militer itu sebagai aksi pembersihan etnis. Bahkan PBB menyebut operasi militer tersebut sebagai genosida.
Para pengungsi Rohingya menyatakan dalam operasi militer tentara Myanmar merupakan aksi pembunuhan, perkosaan, dan pembakaran rumah mereka. Pemerintah melarang media internasional masuk dan berkeliling Rakhine untuk membuktikan laporan tersebut dan menolak investigasi.
Gu Dar Pyin adalah satu dari setidaknya empat lokasi persekusi Muslim Rohingnya. Mereka yang selamat dari persekusi tersebut menyatakan desa yang mereka huni dihujani tembakan dan lemparan granat. Kondisi diperparah dengan bergabungnya warga Buddha bersama tentara.
Kepala DesaGu Dar Pyin mencatat sejauh ini ada 75 orang. Namun keterangan dari warga yang menemukan jenazah sanak keluarga mereka diketahui setidaknya ada 400 orang lagi yang juga tewas. Warga desa itu mengaku melihat jenazah-jenazah itu dikubur dalam satu galian besar.
Rohingya merupakan etnis Muslim minoritas di Myanmar. Pemerintah Myanmar berulang kali membantah adanya penghilangan nyawa massal Muslim Rohingnya.