Selasa 13 Feb 2018 09:20 WIB

Tonga Hancur Diterjang Badai Terburuk dalam 60 Tahun

Kecepatan angin mencapai 233 Km per jam, jauh lebih kuat dari perkiraan.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Gambar dari tangkapan layar video ini menunjukkan kerusakan sebuah rumah akibat terjangan Badai Gita di Nuku’alofa, Tonga, Selasa (13/2).
Foto: TVNZ via AP
Gambar dari tangkapan layar video ini menunjukkan kerusakan sebuah rumah akibat terjangan Badai Gita di Nuku’alofa, Tonga, Selasa (13/2).

REPUBLIKA.CO.ID, NUKU'ALOFA -- Kepulauan Tonga di Pasifik Selatan hancur oleh badai tropis Gita yang membawa angin dengan kecepatan 230 Km per jam. Badai menyebabkan kerusakan yang signifikan di seluruh kerajaan tersebut, bahkan juga meratakan gedung parlemen dengan tanah.

Badai Gita menerjang Tonga sekitar pukul 20.00 waktu setempat pada Senin (12/2) malam dan memuncak antara pukul 23.00 malam hingga pukul 02.00 pagi. Badai tersebut memporak-porandakan pulau utama Tongatapu, memutus aliran listrik, menghancurkan gereja-gereja, dan merusak tanaman yang sangat penting bagi penghidupan di pulau ini.

Pada puncaknya, kecepatan angin mencapai 233 Km per jam, jauh lebih kuat dari perkiraan. Meski demikian, badai Gita belum mencapai badai Kategori 5 seperti yang telah banyak diantisipasi.

Menurut British Met Office, badai Gita adalah badai terburuk yang menerjang pulau-pulau utama Tonga dalam 60 tahun terakhir. Sistem komunikasi dengan British Met Office sempat hilang semalaman saat badai ini menghancurkan atap kantor meteorologi Tonga.

Graham Kenna dari Kantor Manajemen Darurat Tonga mengatakan kepada Radio Selandia Baru, kerusakan sangat meluas dan parah, sementara informasi sangat lamban didapat. "Saya telah terlibat dalam respons bencana selama 30 tahun dan ini adalah situasi terburuk yang pernah saya hadapi," kata Kenna.

"Banyak bangunan rusak parah atau bahkan hancur. Pohon di dekat istana, juga telah hancur. Ini adalah situasi yang sangat buruk," tambah dia, dikutip The Guardian.

Selandia Baru telah mengeluarkan 750 ribu dolar Selandia Baru dana bantuan darurat. Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan pasukan pertahanan siap siaga segera setelah pemerintah Tonga menentukan bantuan apa yang mereka butuhkan dari pemerintahannya.

Koresponden Newshub Pacific Michael Morrah, yang berada di ibu kota Nuku'alofa, melaporkan puluhan rumah dihancurkan oleh badai tersebut. Dia mengatakan, sejumlah bangunan penting juga hancur, termasuk gedung parlemen.

Sekretaris Jenderal Palang Merah di Tonga Sione Taumoefolau mengatakan dia telah mengirim timnya untuk mulai menjangkau kerusakan dan membersihkan jalan-jalan. Dia memperkirakan kerusakan di ibu kota sangat parah.

"Pada tahap ini kami tidak mendapatkan laporan adanya korban jiwa dan hanya ada laporan korban luka ringan, jadi saya pikir kami bisa bersyukur untuk itu. Tapi kami tidak punya informasi tentang pulau-pulau terluar, jadi kami harus menunggu dan melihat apa yang bisa kami temukan saat ini," kata Taumoefolau.

Kerajaan Tonga terbentuk di atas 176 pulau, namun hanya 40 pulau yang dihuni. Setelah dari Tonga, badai Gita akan membelok ke selatan menuju Fiji, dan diperkirakan akan menerjang Kepulauan Lau pada Selasa (13/2).

Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peters mengatakan pasokan darurat telah disiapkan pada Senin (12/2), dan siap dikirim ke pulau-pulau di Tonga. "Ini merupakan kontribusi awal yang akan memungkinkan kita merespons dengan cepat permintaan dari pemerintah Tonga untuk memenuhi kebutuhan mendesak, seperti tempat tinggal darurat, air, dan sanitasi. Kami siap memberikan dukungan tambahan karena tingkat kerusakannya sangat jelas," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement