Sabtu 17 Feb 2018 18:26 WIB

Dalam 16 Tahun 100 Ribu Orang Utan Terbunuh

Ada sekitar 70 ribu sampai 100 ribu orangutan yang tersisa di alam liar Kalimantan.

Di sejumlah lokasi di Kalimanta, populasi orang utan telah punah.
Foto: ABC
Di sejumlah lokasi di Kalimanta, populasi orang utan telah punah.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Sekitar setengah dari jumlah orang utan di Pulau Kalimantan terbunuh atau dipindahkan dari habitatnya antara 1999 dan 2015.

"Itu merupakan kehilangan yang sangat besar," kata Profesor Serge Wich dari Liverpool John Moores University, salah satu penulis penelitian yang diterbitkan di jurnal Current Biology, Sabtu (16/2).

"Angka ini lebih tinggi dari perkiraan dan kami mendasarkannya pada penelitian sebelumnya," ujar Profesor Wich.

Maria Voigt dari Max Plank Institute for Evolutionary Anthropology turut menulis laporan penelitian yang mengumpulkan data dari 38 lembaga internasional. "Kami menggunakan data survei orang utan yang sangat luas untuk memodelkan persebaran mereka. Selain itu juga menemukan bahwa mereka mengalami penurunan lebih dari 100 ribu ekor," kata Voigt.

"Kehilangan 50 persen (orang utan)," ujarnya.

Berdasarkan data mereka, Voigt mengatakan sekitar 70 ribu sampai 100 ribu orang utan yang tersisa di alam liar di Kalimantan.

photo
Aktivitas manusia semakin jauh menjangkau habitat asli orangutan di Kalimantan. (Supplied: Serge Wich)

Profesor Wich menjelaskan penurunan jumlah tersebut dihitung dengan menggabungkan survei sarang orang utan. "Penelitian yang kami lakukan memanfaatkan 16 data survei lokasi orang utan di Kalimantan," katanya.

"Di pulau besar seperti Kalimantan, tidak mungkin menjelajahi setiap pelosok hutan," tambah Prof Wich.

Tim peneliti mengisi kekosongan dengan melihat peta perubahan penggunaan lahan dan ancaman lainnya yang berdampak pada populasi orang utan. Mereka memeriksa bagaimana perubahan tersebut mempengaruhi populasi di daerah yang memiliki data survei sarang.

Mereka kemudian menggunakan hasil data untuk memperkirakan bagaimana spesies tersebut tersebar di seluruh pulau. "Kami menggunakan banyak tingkatan penggunaan lahan, tingkatan ancaman, seperti kepadatan populasi manusia, untuk memprediksi kepadatan di daerah yang tidak kami datangi," jelas Prof Wich.

Data menunjukkan ternyata jumlah orang utan lebih banyak daripada yang diperkirakan sebelumnya, namun jumlah yang terbunuh juga lebih besar.

"Pada tahun 1999, jumlah orang utan lebih banyak daripada yang kita duga," kata Prof Wich.

"Tapi juga kita telah kehilangan lebih dari yang kita perkirakan. Jadi seperti pedang bermata dua," ujarnya lagi.

Deforestasi Vs perburuan

photo
Perkebunan sawit dan penebangan hutan menyebabkan deforstasi di Kalimantan. (Supplied: Marc Ancrenaz)

Penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan tutupan lahan menyebabkan seluruh populasi orang utan punah di beberapa tempat. "Terjadi kehilangan paling parah di daerah kehilangan habitat, di mana terjadi deforestasi dan konversi," kata Voigt.

Namun, dia mengatakan hal ini hanya sekitar 10 persen dari jumlah orangutan yang mati. Dalam hal jumlah, disebutkan bahwa lebih orang utan yang mati di hutan yang tersisa dan sebagian wilayah berhutan.

Para peneliti percaya hal ini terutama disebabkan oleh aktivitas perburuan. "Ini temuan yang sangat penting, karena mendukung penelitian sebelumnya pembunuhan dan perburuan adalah masalah besar. Bahkan mungkin merupakan penyebab terbesar selama periode ini," kata Voigt.

Prof Wich mengatakan sekitar 70 persen dari jumlah orang utan yang terbunuh berasal dari daerah berhutan. "Berburu jadi persoalan yang meluas," katanya. "Orang utan sering ditembak saat aktivitas perkebunan, saat mereka membuka pertanian skala kecil," jelasnya.

"Kita tidak menyadari bahwa masalah ini ternyata besar sekali," kata Prof Wich.

Ajun Profesor Erik Meijaard dari University of Queensland dan kelompok konservasi berbasis di Brunei, Borneo Futures, juga salah seorang penulis laporan penelitian ini. Dia mengatakan telah menyoroti dampak perburuan selama dekade terakhir, setelah mengetahui banyak orang di Kalimantan membunuh orang utan untuk makanan.

"Mereka sering mengatakan kepada saya daging orang utan itu rasanya enak dan gurih," kata Dr. Meijaard.

"Penelitian kami saat ini menunjukkan kita secara kolektif gagal mengatasi ancaman paling penting, dan karena itu populasi orang utan terus berkurang di Kalimantan," ujarnya.

photo
Banyak populasi orangutan kini mendekati kepunahan. (Supplied: Marc Anzrenaz)

Akan berlanjut

Prof Wich menjelaskan tim peneliti juga mencontohkan bagaimana populasi orangutan yang tersisa di Kalimantan akan meningkat selama tahun-tahun mendatang. Hasilnya tidak menjanjikan. "Kami memeriksa potensi penurunan orangutan melalui penggundulan hutan di masa depan, sampai tahun 2050," katanya.

"Bisa jadi pada periode sekarang sampai saat itu, kita kehilangan sekitar 45.000 orang utan melalui penggundulan hutan saja," jelasnya.

"Kami bahkan belum memasukkan potensi kerugian melalui perburuan dalam proyeksi tersebut ke depan," tambahnya.

"Itulah kekhawatiran utama - kita tidak memperhatikannya, sehingga kita tidak mengembangkan strategi konservasi untuk mengekang perburuan," jelasnya.

Namun, Voigt menambahkan ada beberapa hal menjanjikan bagi orangutan, seperti sejumlah populasi yang berhasil dilindungi di hutan sekitar perkebunan Malaysia.

"Ada kepadatan orang utan yang tinggi, dan juga satwa liar lainnya," kata Voigt.

photo
Para peneliti menyatakan sejumlah populasi orangutan di Kalimantan telah stabil. (Supplied: Marc Ancrenaz)

Dia menjelaskan pertemuan pemangku kepentingan belum lama ini dan rencana aksi baru di Malaysia dan Indonesia dapat membantu spesies tersebut. Prof Wich berharap peningkatan kesadaran akan mengarah pada peningkatan konservasi.

"Ada peningkatan kesadaran di Indonesia dan Malaysia bagi masalah lingkungan secara umum dibandingkan sebelumnya," katanya.

"Ada beberapa kolaborasi menjanjikan antara konservasi dan industri - baik industri kelapa sawit atau perusahaan penebangan kayu - dimana mereka berusaha mempertahankan orang utan di wilayah tersebut," paparnya.

"Kita harus mampu menemukan situasi di mana kita melindungi orang utan dalam matriks penggunaan lahan yang berbeda," jelas Prof Wich.

"Orang utan cukup fleksibel dan mungkin mereka bisa bertahan dalam matriks tersebut. Tapi kita jelas bisa melakukannya bila kita tidak membunuh mereka," tuturnya.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.

 

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/studi-nad-inovasi/dalam-16-tahun-100-ribu-orangutan-terbunuh/9454354
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement