Kamis 22 Feb 2018 23:41 WIB

Krisis Rohingya, Kunjungan Wisata ke Myanmar tak Terpengaruh

Rakhine, tempat Muslim Rohingya menetap, bukan destinasi utama.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: M.Iqbal
Pengungsi Muslim Rohingya Mohammad Karim menunjukkan video ponsel pembunuhan massal di Gu Dar Pyin di kamp pengungsi Kutupalong, Bangladesh.
Foto: AP Photo/Manish Swarup
Pengungsi Muslim Rohingya Mohammad Karim menunjukkan video ponsel pembunuhan massal di Gu Dar Pyin di kamp pengungsi Kutupalong, Bangladesh.

REPUBLIKA.CO.ID,NAYPYIDAW -- Kementerian Pariwisata Myanmar mencatat kunjungan wisatawan ke Myanmar pada tahun lalu meningkat 3,44 juta pengunjung. Kenaikan ini terjadi di saat dunia internasional mengecam kekejaman Pemerintah Myanmar terhadap etnis minoritas Muslim Rohingya. 

Jumlah kunjungan wisatawan mengalami peningkatan setelah sebelumnya merosot menjadi 2,9 juta pada 2016. "Saya pikir jumlahnya meningkat saat kami mengadakan banyak acara promosi dan pemerintah telah mengizinkan wisatawan untuk melakukan perjalanan ke daerah yang sebelumnya terlarang," kata salah satu pejabat di kementerian, yaitu U Myint Htwe, seperti dilansir Bloomberg, Kamis (22/2).

Kendati begitu, sejumlah pihak meragukan data-data yang dilansir otoritas Myanmar. Pada Desember, kualitas statistik perbankan negara yang dipimpin Aung San Suu Kyi itu dipertanyakan oleh Bank Dunia.

Sekitar 700 ribu Muslim Rohingya telah meninggalkan negara bagian Rakhine ke negara tetangga Bangladesh sejak Agustus tahun lalu. Kondisi mereka di pengungsian sangat memprihatinkan. Sejumlah negara, termasuk Indonesia, pun telah memberikan bantuan.

Myint Htwe menambahkan, dampak konflik di Rakhine tidak berpengaruh besar pada kunjungan wisatawan. Sebab, daerah itu bukanlah destinasi utama. Lebih lanjut, dia mengharapkan ada lebih dari 3,44 juta kunjungan pada tahun ini.

Pada 2015, World Travel and Tourism Council memperkirakan bahwa sektor travel dan pariwisata Myanmar akan tumbuh sebesar 8,4 persen pada 2025. Travel dan pariwisata diyakini akan menjadi kontributor nomor satu untuk produk domestik bruto negara tersebut ke depannya. 

Laporan McKinsey Global Institute pada 2013 memperkirakan bahwa pariwisata dapat menyumbang 14,1 miliar dolar AS untuk ekonomi Myanmar pada tahun 2030. Sementara jumlah tenaga kerja yang terserap mencapai 2,3 juta orang. 

"Pariwisata pada 2017 dipastikan berdampak pada keseluruhan pasar, terutama yang berkaitan dengan pengunjung dari Eropa," kata Enrico Cesenni, CEO Myanmar Strategic Holdings Ltd, yang memiliki investasi di sektor hotel dan pariwisata di Myanmar. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement