REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Donald Trump melakukan percakapan telepon dengan pemimpin Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) secara terpisah pada Selasa (27/2). Ia membahas aktivitas destabilisasi yang dilakukan Iran di wilayah serta masalah keamanan dan ekonomi lainnya.
Dalam percakapannya dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan dari UEA, Trump memuji perlawanan mereka terhadap Iran.
"Trump berterima kasih, negara-negara Teluk Arab dapat secara lebih baik melawan aktivitas destabilisasi Iran dan mengalahkan teroris dan ekstremis," kata Gedung Putih.
Arab Saudi dan UEA, bersama dengan Bahrain dan Mesir, telah memutus hubungan perjalanan dan perdagangan dengan Qatar pada Juni tahun lalu. Mereka menuduh Qatar telah mendukung terorisme dan mendukung saingan berat mereka, yaitu Iran.
Baca juga, Trump: Iran Sudah Waktunya Berubah.
AS sedang berusaha menyelesaikan perselisihan tersebut. Sementara Qatar membantah tuduhan itu dan justru mengatakan keempat negara Arab tersebut tengah berusaha membatasi kedaulatannya.
Seorang pejabat AS pada Jumat (23/2) mengatakan dua putra mahkota itu akan mengunjungi Trump untuk melakukan pertemuan bilateral pada Maret dan April mendatang. Kunjungan juga akan dilakukan oleh Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani.
Agenda kunjungan tersebut akan mencakup persiapan pertemuan puncak Dewan Kerja Sama Teluk (GCC). Washington berharap pertemuan itu akan diadakan akhir tahun ini, bersama dengan pertemuan perdamaian Timur Tengah dan Iran.