Ahad 04 Mar 2018 06:03 WIB

36 Tentara Pro Pemerintah Terbunuh dalam Perang Suriah

Turki menganggap militan Kurdi teroris, sementara Suriah mengecam tindakan Turki.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Endro Yuwanto
Tentara Turki mempersiapkan tank di pinggiran desa Sugedigi, Turki yang berbatasan dengan Suriah, 22 Januari 2018. AS menekan Turki menghentikan operasi di Afrin.
Foto: AP Photo/Lefteris Pitarakis
Tentara Turki mempersiapkan tank di pinggiran desa Sugedigi, Turki yang berbatasan dengan Suriah, 22 Januari 2018. AS menekan Turki menghentikan operasi di Afrin.

REPUBLIKA.CO.ID, SURIAH -- Sedikitnya 36 tentara pro-Suriah tewas akibat serangan udara dari Turki di wilayah Afrin. Serangan itu menargetkan sebuah kamp di Kafr Jina, wilayah utara Suriah.

Pasukan pro-pemerintah dikatakan memasuki wilayah Afrin sekitar dua pekan lalu untuk mendukung pasukan Kurdi. Mereka bergerak memerangi serangan militer Turki yang diluncurkan untuk menyingkirkan kelompok Kurdi dari Afrin.

Turki menganggap militan Kurdi adalah teroris. Pemerintah Suriah sendiri telah mengecam tindakan Turki sebagai serangan terbuka terhadap kedaulatannya dan menurut media pemerintah, beberapa pasukan dikirimkan untuk mendukung orang Kurdi.

Serangan udara kali ini dianggap sebagai serangan paling berdarah dari pasukan Turki sejak memulai serangan Januari 2017 lalu. Delapan tentara Turki dikabarkan tewas, sementara 13 lainnya cedera pada pertempuran di Afrin, Kamis (1/3).

"Lima pasukan heroik meninggal secara syahid dan tujuh lainnya luka-luka," ujar militer Turki dalam sebuah pernyataan dilansir dari BBC. Pernyataan berikutnya menyatakan tiga personel lainnya meninggal dan enam orang terluka.

Tidak ada keterangan lengkap mengenai serangan yang terjadi, namun kantor berita swasta Dogan menyatakan, pejuang Kurdi menggunakan terowongan untuk menyerang pasukan khusus Turki di distrik Keltepe.

Sebuah helikopter Turki yang dikirim untuk menyelamatkan korban luka-luka terkena serangan dan terpaksa harus kembali. Ribuan warga sipil di Afrin telah meninggalkan rumah mereka sejak serangan dimulai.

sumber : BBC
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement