REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Banyak orang berkumpul di sepanjang jalan-jalan pinggir pantai di Ibu Kota Tokyo, Jepang, Ahad (11/3). Sebagian berdiri di area yang berumput, sebagian lainnya berada di pinggir jalan menghadap ke laut dan melihat gelombang ombak.
Terlihat banyak dari orang-orang yang berkumpul menyalakan lilin dan menebarkan bunga. Tak sedikit juga dari mereka yang tampak mengusap air mata. Ini adalah hari peringatan ketujuh pascatsunami melanda Jepang.
Lebih dari 18 ribu orang, khususnya yang menetap di wilayah pesisir timur laut Jepang tewas dalam bencana itu. Tsunami juga mengakibatkan kebocoran nuklir yang cukup dahsyat hingga membuat sebagian daerah memiliki kota hantu.
Banyak warga yang memperingati hari ini, mengingat sanak saudara, atau bahkan keluarga kandung mereka yang tiada akibat bencana itu. Mereka ingat tsunami ditandai dengan adanya sirene peringatan yang berbunyi pada pukul 14.46 waktu setempat setelah gempa berskala 9,0 skala richter mengguncang Negeri Matahari Terbit.
Tsunami juga telah membuat kerusakan parah di banyak area di Jepang. Dalam sebuah upacara peringatan resmi tujuh tahun bencana ini, Perdana Menteri Shinzo Abe mengatakan rekonstruksi telah dilakukan dengan cepat dan banyak kemajuan. Namun, setidaknya 70 ribu orang hingga kini tercatat masih menjadi pengungsi dan tak dapat kembali ke rumah mereka.
Putra kedua Kaisar Jepang Akihito, Akishino menyatakan harapannya tsunami meningkatkan kesadaran banyak orang terhadap lingkungan. Tentunya, semua elemen masyarakat dunia dapat berkontribusi mencegah dan mengurangi kerusakan akibat bencana alam di masa depan.
"Ini adalah harapan saya yang sesungguhnya karena kami ingin generasi selanjutnya memiliki pengetahuan melindungi banyak orang dari bahaya bencana," ujar Akishino dalam sebuah wawancara, Ahad (11/3).
Secara terpisah, ratusan orang terlihat hening dan secara khusyuk melakukan persembahan d sebuah altar di Taman Hibiya, Tokyo. Doa-doa agar bencana tidak lagi melanda Jepang nampaknya dipanjatkan dengan seksama.