Kamis 15 Mar 2018 11:22 WIB

Rusia Tantang Inggris Soal Bukti Penggunaan Gas Saraf

Perdana Menteri Theresa May mengancam akan mengusir 23 diplomat Rusia dari Inggris.

Polisi Inggris berjaga di dekat rumah seorang mantan agen intelijen Rusia, Sergei Skripal yang diserang dengan zat agen saraf.
Foto: Andrew Matthews/PA via AP
Polisi Inggris berjaga di dekat rumah seorang mantan agen intelijen Rusia, Sergei Skripal yang diserang dengan zat agen saraf.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Duta Besar Rusia untuk Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Vasily Nebenzya pada Rabu (14/3) mengatakan tuduhan Inggris bahwa Moskow bertanggung-jawab atas serangan gas saraf sama sekali tak bisa diterima baik. Rusia menuntut bukti material terkait tuduhan Inggris tersebut.

"Federasi Rusia berpendapat sama sekali tak bisa diterima untuk melontarkan tuduhan yang tidak dapat dibenarkan seperti yang termaktub di dalam surat dari Theresa May yang bertanggal 13 Maret kepada Sekretaris Jenderal PBB," kata Nebenzya dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB untuk membahas tuduhan mengenai penggunaan gas syaraf di Inggris pada 4 Maret.

Nebenzya juga mengatakan bahwa pemerintah Rusia menuntut bukti material disediakan mengenai dugaan ditemukannya jejak Rusia dalam peristiwa yang memiliki gema kuat ini. "Tanpa ini, pernyataan bahwa ada kebenaran yang tak terbantahkan bukan lah sesuatu yang bisa kami terima," ujarnya.

Wakil Duta Besar Inggris di PBB Jonathan Allen mengatakan ratusan warganya menghadapi kemungkinan terpajan pada zat kimia tersebut. Ia mengatakan Sergei Skripal, mantan mata-mata Rusia yang berumur 66 tahun dan menjadi agenda ganda untuk Inggris, diracuni dengan Novichok, yang ia katakan adalah senjata yang tak bisa dibuat tanpa penggunaan laboratoriun negara tingkat-tertinggi.

"Ini bukan kejahatan biasa," katanya. "Itu adalah penggunaan senjata secara tidak sah."

Duta Besar AS di PBB Nikki Haley mengatakan Pemerintah Presiden Donald Trump "berdiri dengan solidaritas kuat" dengan Inggris, setelah serangan gas syaraf terhadap mantan mata-mata Rusia dan putrinya di Kota Salisbury di Inggris pekan lalu. "Amerika Serikat percaya bahwa Rusia "bertanggung-jawab atas serangan itu" terhadap kedua orang tersebut dengan menggunakan zat syaraf tingkat-militer," ujar Haley.

Rusia membantah tuduhan tersebut sebagai 'kisah per' dan membantah terlibat dalam serangan itu. Ma Zhaoxu, Duta Besar Cina untuk PBB, mengatakan Beijing mengharapkan sasaran yang objektif dan penyelidikan yang tak memihak dapat dilakukan dengan dasar fakta dan sejalan dengan peraturan internasional yang terkait dan mencapai penyelesaian dengan dasar bukti yang dapat mendukung pemeriksaan fakta dan sejarah.

"Kami berhadap semua pihak terkait dapat secara layak menangani masalah ini melalui saluran yang layak," katanya.

Sergei Skripal dan putrinya ditemukan dalam keadaan terkulai dan tidak sadar di kursi di luar pusat perbelanjaan di Kota Salisbury di Inggris Selatan pada 4 Maret. Mereka masih berada dalam kondisi kritis.

Pemerintah Inggris telah menyimpulkan bahwa keduanya diracuni dengan gas syaraf Novichok. London telah menuntut Moskow menjelaskan mengapa gas syaraf yang terlacak sampai ke Rusia bisa ada di Inggris.

Perdana Menteri Inggris Theresa May mengumumkan pada Rabu (14/3) bahwa pemerintahnya akan mengusir 23 diplomat Rusia dari Inggris dan akan membekukan aset negara Rusia di manapun pemerintah Inggris memiliki bukti bahwa aset itu bisa digunakan untuk mengancam nyawa atau harta warga atau warga negara Inggris. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Rabu membantah keterlibatan negaranya dalam peristiwa pemberian racun tersebut.

sumber : Antara/Xinhua
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement