Selasa 20 Mar 2018 20:36 WIB

Badak Putih Utara Berkelamin Jantan Terakhir di Dunia Mati

Badak putih utara jantan disuntik mati karena kondisinya memburuk.

Red: Nur Aini
Badak putih utara yang hampir punah
Foto: Google
Badak putih utara yang hampir punah

REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Badan Konservasi Kenya melaporkan badak putih utara jantan terakhir di dunia telah mati, hingga hanya menyisakan dua betina dari subspesiesnya yang masih hidup di dunia. Namun, para ilmuwan masih berharap mereka dapat menyelamatkannya dari kepunahan.

Konservasi Ol Pejeta menyatakan pihaknya bersama dengan para pejabat satwa liar dan pengasuhnya telah membuat keputusan untuk melakukan euthanasia atau suntik mati pada Senin terhadap badak berusia 45 tahun bernama Sudan. Hal itu karena kondisinya memburuk.

Sudan dirawat karena komplikasi terkait usia yang mempengaruhi otot dan tulangnya dan juga menyebabkan luka kulit yang luas. Badak tersebut telah menghabiskan dua minggu selama akhir Februari hingga awal Maret terbaring karena terganggu luka yang dalam di kaki belakang kanannya.

"Kondisinya memburuk secara signifikan dalam 24 jam terakhir, dia tidak mampu berdiri dan sangat menderita. Tim dokter hewan dari Kebun Binatang Dver Kralove, Ol Pejeta, dan Kenya Wildlife Service membuat keputusan untuk menidurkan dia," kata Ol Pejeta.

Sudan sebelumnya pernah tinggal di Kebun Binatang Dver Kralove di Republik Ceko sebelum dibawa ke konservasi Ol Pejeta, sekitar 250 km di Utara Nairobi. Dia tinggal di tempat itu dengan dua betina terakhir dari spesies yang sama, yaitu Najin berusia 27 tahun dan Fatu 17 tahun.

Setelah semua upaya untuk membuatnya kawin secara alami gagal, konservasionis tahun lalu menempatkan Sudan pada aplikasi kencan Tinder. Mereka berharap untuk mengumpulkan cukup uang guna membayar perawatan kesuburan sekitar Rp 124 miliar.

Ol Pejeta mengatakan bahwa mereka telah mengumpulkan materi genetik Sudan  pada Senin yang dapat digunakan di masa depan untuk mencoba reproduksi badak putih utara. Para ilmuwan juga mencari cara untuk melakukan fertilisasi in vitro.

"Satu-satunya harapan untuk pelestarian subspesies ini sekarang terletak pada pengembangan teknik pemupukan in vitro menggunakan telur dari dua betina yang tersisa, yang menyimpan air mani badak putih utara dari jantan dan menggantikan perempuan badak putih selatan," ujarnya.

Saat ini, masih ada ribuan badak putih selatan yang masih berkeliaran di dataran sub-Sahara Afrika. Tetapi, perburuan puluhan tahun yang merajalela telah mengurangi secara drastis jumlah badak putih utara.

Pemburu dapat menjual tanduk badak putih utara seharga sekitar Rp 690 juta per kilogramnya, membuatnya lebih berharga daripada emas.

Kenya memiliki 20 ribu badak pada 1970-an, turun menjadi 400 pada 1990-an. Sekarang hanya tersisa 650, yang hampir semuanya badak hitam.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement