Kamis 22 Mar 2018 14:40 WIB

Rusia Tuding Inggris Dalang Penyerangan Skripal

Sebelumnya Inggris menuding Rusia menjadi dalang aksi penyerangan Skripal.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Polisi Inggris berjaga di dekat rumah seorang mantan agen intelijen Rusia, Sergei Skripal yang diserang dengan zat agen saraf.
Foto: Andrew Matthews/PA via AP
Polisi Inggris berjaga di dekat rumah seorang mantan agen intelijen Rusia, Sergei Skripal yang diserang dengan zat agen saraf.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Rusia menyebut Inggris mungkin menjadi dalang penyerangan Sergei Skripal dan putrinya Yulia. Skripal merupakan warga Inggris yang juga mantan agen mata-mata Rusia. Ia diserang menggunakan agen saraf jenis Novichok pada awal Maret lalu.

Kepala Departemen Non-Proliferasi dan Pengawasan Senjata di Kementerian Luar Negeri Rusia Vladimir Yermakov mengatakan, terdapat dua kemungkinan perihal insiden penyerangan Skripal. Pertama adalah memang pihak Inggris yang tidak mampu mengantisipasi dan memberi perlindungan terhadap warganya dari ancaman serangan teroris semacam itu.

"Atau mereka (Inggris), apakah secara langsung atau tidak langsung, saya tidak menuduh siapa pun, telah mengatur serangan terhadap warga Rusia," kata Yermakovketika menghadiri pertemuan dengan duta besar asing yang berbasis di Moskow pada Rabu (21/3).

 

Baca juga, AS ikut pertimbangkan usir diplomat Rusia

Skripal merupakan seorang pensiunan kolonel yang sempat berdinas di badan intelijen militer luar negeri Rusia (GRU). Pada 2004, Dinas Keamanan Rusia (FSB) menangkapnya karena dituding membocorkan informasi rahasia kepada Badan Intelijen Rahasia Inggris (MI6).

Pada Agustus 2006, pengadilan militer Rusia menjatuhkan hukuman penjara 13 tahun terhadap Skripal. Dalam vonisnya, hakim menyebut Skripal terbukti melakukan pengkhianatan tingkat tinggi dalam bentuk spionase.  Semua gelar dan penghargaan yang pernah didapatkannya pun ditarik kembali oleh Rusia.

Empat tahun setelah menjalani hukumannya, pada Juli 2010, Skripal diampuni oleh mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev. Dia kemudian dibebaskan bersama tiga orang lainnya untuk ditukar dengan 10 mata-mata Rusia yang ditangkap FBI.

Pertukaran mata-mata ini dilakukan di Bandara Wina, Austria. Setelah pertukaran tersebut, Skripal diberi perlindungan di Inggris. Skripal dianggap lebih penting daripada dua mata-mata lainnya yang juga dibawa ke Inggris. Sejak saat itu, Skripal disebut diberi identitas baru, rumah, dan uang pensiun.

Kemudian pada awal Maret lalu, Skripal dan putrinya yang baru saja tiba dari Rusia, Yulia (33 tahun), ditemukan terkulai tak berdaya diluar pusat perbelanjaan di Salisbury. Keduanyan diduga diracun menggunakan agen saraf Novichok.

Kejadian ini memicu krisis diplomatik antara Inggris dan Rusia. Inggris menuding Rusia menjadi dalang aksi penyerangan Skripal. Salah satu dasar tuduhan ini adalah agen saraf yang digunakan untuk menyerang Skripal, yakni Novichok, pernah dikembangkan Uni Soviet pada tahun 1971.

Tuduhan tersebut telah dibantah tegas oleh Rusia. Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim negaranya tidak lagi memiliki senjata agen saraf tersebut. Semua senjata kimia Rusia, kata Putin, telah dihancurkan dibawah pengawasan organisasi internasional.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement