Kamis 22 Mar 2018 17:05 WIB

Inggris Ajak Negara Eropa Usir Agen Intelijen Rusia

Inggris mendorong negara-negara Eropa bekerja sama dalam menghadapi ancaman Rusia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Perdana Menteri Inggris, Theresa May.
Foto: AP/Michel Euler
Perdana Menteri Inggris, Theresa May.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Theresa May akan meminta negara-negara Eropa mengusir agen-agen intelijen Rusia dari negaranya masing-masing. Menurutnya hal tersebut perlu dilakukan dalam upaya membongkar jaringan Kremlin di seluruh Eropa.

May dijadwalkan akan memimpin acara makan malam di KTT Dewan Eropa. Dalam pertemuan tersebut, ia akan menekankan tentang pola perilaku agresif Rusia. "Tantangan Rusia adalah salah satu yang akan bertahan selamabertahun-tahun yang akan datang," kata May dikutip the Guardian, Rabu (22/3).

Oleh sebab itu, May mendorong negara-negara Eropa bekerja sama dalam menghadapi ancaman Rusia. Sebagai negara demokrasi Eropa, menurut May, Inggris akan berdiri bahu membahu dengan Uni Eropa dan NATO untuk menghadapi ancaman ini bersama-sama. "Bersatu, kita akan berhasil," ujarnya.

Ini merupakan reaksi May atas penyerangan Sergei Skripal dan putrinya Yulia. Skripal merupakan warga Inggris yang juga mantanagen mata-mata Rusia. Ia dan Yulia diserang di Salisbury, Inggris, pada 4 Maret lalu dengan menggunakan agen saraf jenis Novichok. Saat ini keduanya dilaporkan masih berada dalam kondisi kritis.

Skripal merupakan seorang pensiunan kolonel yang sempat berdinas di badan intelijen militer luar negeri Rusia(GRU). Pada 2004, Dinas Keamanan Rusia (FSB) menangkapnya karena dituding membocorkan informasi rahasia kepada Badan Intelijen Rahasia Inggris (MI6).

Pada Agustus 2006, pengadilan militer Rusia menjatuhkan hukuman penjara 13 tahun terhadap Skripal. Dalam vonisnya, hakim menyebut Skripal terbukti melakukan pengkhianatan tingkat tinggi dalam bentuk spionase. Semua gelar dan penghargaan yang pernah didapatkannya pun ditarik kembali oleh Rusia.

Empat tahun setelah menjalani hukumannya, pada Juli 2010, Skripal diampuni oleh mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev. Dia kemudian dibebaskan bersama tiga orang lainnya untuk ditukar dengan 10 mata-mata Rusia yang ditangkap FBI.

Pertukaran mata-mata ini dilakukan di Bandara Wina, Austria. Setelah pertukaran tersebut, Skripal diberi perlindungan di Inggris. Sejak saat itu, Skripal disebut diberi identitas baru,rumah, dan uang pensiun.

Kemudian pada awal Maret lalu, Skripal dan putrinya yang baru saja tiba dari Rusia, Yulia (33 tahun), ditemukan terkulai tak berdaya di luar pusat perbelanjaan di Salisbury.Keduanyan diduga diracun menggunakan agen saraf Novichok.

Kejadian ini memicu krisis diplomatik antara Inggris dan Rusia. Inggris menuding Rusia menjadi dalang aksi penyerangan Skripal. Salah satu dasar tuduhan ini adalah agen saraf yang digunakan untuk menyerang Skripal, yakni Novichok, pernah dikembangkan Uni Soviet pada tahun 1971.

Tuduhan tersebut telah dibantah tegas oleh Rusia. Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim negaranya tidak lagi memiliki senjata agen saraf tersebut. Semua senjata kimia Rusia, kata Putin,telah dihancurkan di bawah pengawasan organisasi internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement