REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Facebook mengatakan data dari lebih 300 ribu warga Australia sudah digunakan oleh Cambridge Analytica. Secara keseluruhan, ada 87 juta akun di seluruh dunia yang terpengaruh oleh skandal tersebut.
Data itu muncul di saat Kongres Amerika Serikat mengatakan CEO Facebook Mark Zuckerberg akan muncul di depan sidang dengar pendapat Kongres di Washington minggu depan. Selain pengungkapan data, Facebook juga mengeluarkan juga kebijakan privasi baru yang dimaksudkan untuk menjelaskan apa yang mereka lakukan dengan data yang dikumpulkan dari pemilik akun.
Baca juga, Cara Kotor Cambridge Analytica Pengaruhi Pemilu di Banyak Negara
Namun walau ada penjelasan yang lebih rinci, namun Facebook tidaklah mengubah data yang diambil dan juga bagaimana membagi data tersebut. Facebook menghadapi krisis paling buruk dalam sejarah keberadaan perusahaan tersebut menyusul adanya tuduhan bahwa Cambridge Analytica, perusahaan pengumpul data yang mendukung Donald Trump, menggunakan data dari jutaan akun dalam usaha mempengaruhi hasil pemilu di Amerika Serikat.
Perusahaan tersebut mengatakan sekitar 87 juta akun mungkin telah terpengaruh, peningkatan dari pengakuan sebelumnya bahwa ada 50 juta akun yang terpengaruh. Sebagian besar pemilik akun tersebut berada di Amerika Serikat.
Sementara di Australia ada 311.127 akun yang kemungkinan data mereka sudah dibagikan secara tidak benar. Cambridge Analytica membantah melakukan hal yang tidak benar.
Mereka mengatakan meminta seorang professor mengumpulkan data dari Facebook 'dengan niat baik", cara yang sama seperti pengembang app lainnya mengumpulkan informasi dari akun yang tersedia.
Laporan awal menyebutkan adanya 50 juta akun Facebook yang dikumpulkan professor tersebut, Aleksandra Kogan menggunakan app untuk mengumpulkan data dari mereka yang dibayar untuk melakukan tes kepribadian, dan juga mengumpulkan data dari teman-teman mereka di Facebook.
AP/Reuters