Sabtu 07 Apr 2018 20:44 WIB

Turki akan Deportasi 600 Migran Gelap Afghanistan

Para migran mengungsi ke Turki karena masalah terorisme dan ekonomi di Afghanistan.

Rep: Marniati/ Red: Teguh Firmansyah
Warga Afghanistan yakin konflik di wilayahnya sengaja dipelihara dengan terus menghidupkan Taliban.
Foto: ap
Warga Afghanistan yakin konflik di wilayahnya sengaja dipelihara dengan terus menghidupkan Taliban.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Otoritas Turki akan mendeportasi sekitar 600 migran gelap Afghanistan di Turki timur untuk kembali ke Kabul akhir pekan ini.

Kementerian dalam negeri Turki mengatakan para migran Afghanistan telah menyeberang ke Turki melalui Iran. Mereka menuju Turki karena masalah terorisme dan ekonomi di Afghanistan. Saat ini pasukan keamanan Turki telah menyerahkan para migran ke pihak imigrasi provinsi.

Pemerintah Turki mengatakan, prosedur deportasi untuk 591 migran di provinsi timur Erzurum telah telah diselesaikan. Penerbangan sewaan ke Kabul akan diatur pada Sabtu dan Ahad untuk mengirim para migran kembali.

"Menyusul penyelesaian prosedur deportasi bagi para migran ilegal di provinsi kami yang lain, deportasi akan semakin cepat dan berlanjut dalam beberapa hari mendatang," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.

 

Baca juga, Dua Masjid di Afghanistan Diserang Bom, 63 Orang Tewas.

 

Kelompok-kelompok hak asasi manusia  mengecam Turki karena mendeportasi para migran kembali ke negara-negara yang dilanda konflik, termasuk Afghanistan. Menurut kelompok tersebut hal itu akan membahayakan keselamatan para migran.

Pekan ini surat kabar Hurriyet melaporkan beberapa ribu migran Afghanistan telah menyeberang ke Turki dalam beberapa bulan terakhir dan telah berjalan berhari-hari dari perbatasan untuk mencapai Erzurum.

Afghanistan telah dilanda oleh serangan militan. Pemerintah berjanji untuk memperketat keamanan di tengah serangan di Kabul tengah yang menewaskan sekitar 100 orang pada Januari.

Serangan itu telah merusak dukungan untuk Presiden Ashraf Ghani, yang menawarkan pembicaraan damai dengan gerilyawan Taliban.

Taliban sejauh ini menunjukkan sedikit tanda menerima tawaran pembicaraan dengan pemerintah yang didukung Barat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement