REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Senin (16/4), mengatakan, para pemimpin kelompok G7 mengecam penggunaan senjata kimia di Suriah. Ia menyatakan, G7 mendukung aksi militer yang diambil sekutu, yakni Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Prancis, terhadap Suriah pekan lalu.
"Kami, pemimpin Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, AS, dan Uni Eropa, bersatu dalam mengutuk, dalam istilah yang paling kuat, penggunaan senjata kimia di Ghouta timur, Suriah, pada 7 April," kata Trudeau, dikutip laman Anadolu.
Menurut Trudeau, penggunaan senjata kimia tidak dapat diterima. Oleh sebab itu, para pemimpin G7 berdiri bersama dan mendukung serangan yang dilakukan AS, Prancis, dan Inggris pekan lalu.
"Kami sepenuhnya mendukung semua upaya yang dilakukan AS, Inggris, dan Prancis untuk menurunkan kemampuan rezim Presiden Bashar al-Assad menggunakan senjata kimia dan penggunaannya pada masa mendatang," ujar Trudeau.
Baca juga, Korban di Ghouta Timur Bertambah 59 Orang.
Ia mengatakan, serangan militer yang dilakukan AS, Inggris, dan Prancis terhadap Suriah memang perlu dilakukan. Sebab, berbagai upaya diplomatik yang melelahkan telah ditempuh, tetapi tak membuahkan hasil.
"Penggunaan senjata kimia merupakan pelanggaran Konvensi Senjata Kimia dan merupakan ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional," kata Trudeau.
Pada akhir pekan lalu, AS, Inggris, dan Prancis melancarkan serangan udara ke Kota Homs dan Damaskus, Suriah. Serangan ini diklaim sebagai respons atas dugaan penggunaan senjata kimia oleh Pemerintah Suriah di Douma, Ghouta, dua pekan lalu.
Dalam serangannya, ketiga negara menargetkan fasilitas-fasilitas militer yang diyakini menjadi pusat pengembangan senjata kimia Suriah. Namun, sebuah pusat riset ilmiah yang berada di Damaskus turut hancur akibat serangan tersebut.
Pemerintah Suriah mengecam serangan tersebut. Damaskus menuding serangan itu merupakan balasan atas kekalahan proksi teroris yang dikontrol ketiga negara di daerah Ghouta.