Rabu 09 May 2018 18:44 WIB

Tiga Negara Bahas Nuklir Korea Utara

Dua Korea setuju untuk berdamai.

Rep: Winda Destiana Putri/ Red: Nur Aini
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, kiri, dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengangkat tangan mereka setelah menandatangani pernyataan bersama di desa perbatasan Panmunjom di Zona Demiliterisasi, Korea Selatan, Jumat (27/4).
Foto: Korea Summit Press Pool via AP
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, kiri, dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengangkat tangan mereka setelah menandatangani pernyataan bersama di desa perbatasan Panmunjom di Zona Demiliterisasi, Korea Selatan, Jumat (27/4).

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Presiden Korea Selatan Moon Jae-in tiba di Jepang pada Rabu (9/5) untuk bergabung dengan para pemimpin dari Jepang dan Cina. KTT tersebut membahas sejumlah agenda, salah satunya fokus pada nuklir Korea Utara juga pembahasan yang terkait antara Korea Utara dengan AS.

Dilansir laman AP, KTT yang merupakan ketujuh kalinya tersebut akan membahas terobosan denuklirisasi Korea Utara di mana kedua Korea setuju untuk perdamaian, tetapi secara teknis tidak ada detail lebih lanjut. Pengamat mengatakan, Jepang sedang memamerkan bagaimana hubungan negaranya dengan Cina dan Korea Selatan.

Pertemuan trilateral tersebut diharapkan menghasilkan pernyataan bersama soal nuklir Korea Utara dan tidak akan diubah lagi. Pertemuan juga untuk menegaskan dukungan Cina dan Korea Selatan bagi beberapa warga Jepang yang diculik oleh Korea Utara sejak beberapa dekade lalu, serta menghasilkan perjanjian perdagangan yang adil.

Abe mengatakan pada sidang parlemen Selasa (8/5) bahwa ia berharap untuk berdiskusi mendalam tentang masalah Korea Utara untuk mencari solusi komprehensif. Wakil Menlu Cina Kong Xuanyou mengatakan KTT akan fokus pada kerja sama tiga arah daripada masalah Korea Utara.

Abe juga akan mengadakan pembicaraan secara terpisah dengan Moon dan Li. Para pejabat Jepang mengatakan mereka berencana untuk mengusulkan Laut Cina Timur yang bebas dan damai, tetapi tidak berencana untuk mengangkat isu-isu yang kontroversial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement