Sabtu 12 May 2018 04:10 WIB

Mahathir Dinilai Menjawab Keresahan Masyarakat Malaysia

Mahathir menang karena memainkan isu yang memikat pemilih.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Teguh Firmansyah
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad tersenyum ketika ia berbicara saat konferensi pers di Kuala Lumpur, Jumat, (11/5).
Foto: AP Photo/Andy Wong
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad tersenyum ketika ia berbicara saat konferensi pers di Kuala Lumpur, Jumat, (11/5).

REPUBLIKA.CO.ID,   JAKARTA -- Kemenangan Mahathir Muhammad menjadi kejutan di jagad perpolitikan tak hanya di Malaysia, tapi dunia. Ia bersama oposisi berhasil meruntuhkan dominasi Barisan Nasional yang telah berkuasa selama 60 tahun. 

Pengamat politik yang juga merupakan pendiri lembaga survey Kedai Kopi Hendri Satrio mengatakan, Mahathir  merupakan tokoh yang menjawab keresahan masyarakat Malaysia mengenai korupsi yang ada dalam Barisan Nasional, koalisi partai terbesar di Pemerintah Malaysia.

Seperti diketahui, Perdana Menteri Malaysia 2008, Najib Razak kerap disebut-sebut terlibat dalam kasus 1Malaysian Development Berhad (1MDB).  

“Mahathir ini hanya menjawab keresahan masyarakat saja. Karena masyarakat sudah sangat resah dengan dugaan korupsi yang dilakukan oleh Najib. Isunya juga luar biasa, tidak bisa dikontrol dengan baik, ini sudah kelihatan,” ujar Hendri saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (11/5).

Dia mengatakan, dalam sistem pemilu Malaysia cukup berbeda dengan Indonesia, yakni koalisi partai terbesar yang bisa memenangkan pemilu baru bisa menentukan Perdana Menteri. Dengan sistem tersebut, menurutnya, mengharuskan kubu oposisi untuk mengalahkan koalisi partainya.

“Selama Barisan Nasional ini menang terus, maka memang Najib kuat, karena penentuan perdana menteri nya ditentukannya oleh mereka, koalisi Barisan Nasional atau dilakukan oleh partai paling besar. Makanya yang  dikalahkan harusnya memang koalisi partainya. Nah, itu lah yang dilakukan oleh Mahathir Mohamad,” ungkapnya.

Selain itu, Mahathir juga dinilai berhasil memenangkan Pemilu dengan menggunakan beberapa isu yang memikat hati masyarakat Malaysia. Di antaranya, seperti kesejahteraan bersama dan pemerataan ekonomi.

“Maka Mahathir tampil, kemudian mengusung kesejahteraan bersama, kemudian pemerataan ekonomi, memberikan kesempatakan kepada bumi putra dan lain-lain, itu yang menjadi positif kepada masyarakat,” tuturnya.

Oleh sebab itu, walaupun Barisan Nasional diunggulkan dalam Pemilu Malaysia, namun telah banyak lembaga survey di Malaysia yang memprediksi kemenangan kubu oposisi Pemerintah Malaysia. “Waktu itu memang sudah memprediksikan bahwa ini akan terjadi perubahan besar ini. Dan itu terjadi,” ungkapnya.

 

Namun, dia masih meragukan, apakah hal ini memang merupakan sebuah perubahan besar, atau hanya tentang pertarungan kemenangan antara Mahathir Mohamad dan Najib Razak saja. Sebab, diketahui, Mahathir sendiri merupakan seorang tokoh mantan Barisan Nasional Pemerintah Malaysia.

Mahathir sebelumnya merupakan anggota UMNO, bagian dari koalisi BN, ketika pertama kali memegang kekuasaan pada 1981. Mahathir memainkan peran kunci dalam pemilihan anak didiknya, Najib, sebagai PM pada 2009. Namun, hubungan keduanya memburuk pada 2015 setelah Najib terlibat dalam skandal 1MDB. Pada saat itu, Mahathir tidak hanya mengumumkan pembentukan partai politik sendiri, yaitu Bersatu, tetapi beralih dan bergabung dengan koalisi oposisi.

Ooi Kee Beng, direktur eksekutif Penang Institute, sebuah think thank yang didanai Pemerintah Negara Bagian Penang, menilai kekalahan koalisi BN tak lepas dari sosok pemimpin UMNO, Najib Razak. "Ia merupakan jantung dan jiwa koalisi," ujar Ooi dalam analisisnya di Channel News Asia, kemarin.

 

Menurut Ooi, kesalahan Najib sudah tampak jauh sebelum menjadi PM pada 2009. Saat itu, dia diduga mengudeta Abdullah Badawi. Masa jabatan Najib pun terus terganggu oleh sejumlah skandal serius, seperti pembunuhan model Mongolia Altantuya Shaariibuu dan kasus korupsi 1MDB yang diselidiki Amerika Serikat (AS), Swiss, dan Singapura.

 

Hasil Pemilihan Umum 2013 juga menunjukkan ia gagal memenangkan suara Komunitas Tionghoa Malaysia. Menurut Ooi, setelah itu, Najib pun mengincar elemen yang lebih ekstrem di antara Melayu dan Islamis. "Modus operandi itu tampaknya berhasil dan menyebabkan Pakatan Rakyat kalah. Namun, proses manipulasi politik tanpa akhir itu telah membawa pemain baru tapi lama, yaitu Mahathir," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement