Rabu 16 May 2018 13:39 WIB

Insting Ayah Dorong Roni Selamatkan Anak Pengebom

Roni mengaku masih tidak percaya anak digunakan sebagai senjata oleh orang tuanya.

Personel kepolisian Surabaya, Jawa Timur Roni Faisal yang menyelamatkan anak perempuan terduag pelaku pengeboman Mapolrestabes Surabaya, Jawa Timur.
Foto: ABC News/David Lipson
Personel kepolisian Surabaya, Jawa Timur Roni Faisal yang menyelamatkan anak perempuan terduag pelaku pengeboman Mapolrestabes Surabaya, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Roni Faisal tidak menganggap dirinya pahlawan. Personel kepolisian Surabaya, Jawa Timur ini mengatakan dia hanya melakukan apa yang seorang ayah akan lakukan saat dia bergegas mendatangi tempat kejadian bom bunuh diri untuk menyelamatkan seorang gadis kecil.

"Saya melihat dia masih kecil, tujuh atau delapan tahun. Wajah dan tubuhnya berlumuran darah. Sebagai seorang ayah, naluri saya mengatakan untuk menyelamatkannya. Saya mendekat, menangkapnya dan membawanya ke petugas medis," katanya kepada ABC.

Gadis kecil itu menaiki salah satu dari dua sepeda motor yang digunakan pelaku bom bunuh diri untuk meledakkan pintu masuk Markas Kepolisian Kota Besar (Mapolrestabes) Surabaya pada Senin pagi (14/5).

Empat orang, seluruhnya berasal dari satu keluarga, tewas dalam ledakan itu, tetapi anak kecil itu berhasil selamat. "Setelah beberapa saat, dia mulai bergerak tanpa daya, meminta bantuan. Orang-orang berteriak padanya, mendorongnya berdiri. Sebagai manusia, saya hanya berpikir menyelamatkannya, meskipun dia terlibat dalam pengeboman," kata Roni.

Gambar amatir, yang direkam di tempat kejadian, menunjukkan gadis itu berdiri di antara sisa-sisa keluarga yang sudah meninggal, sebelum Roni membopong tubuhnya dan bergegas membawanya ke tempat yang aman. Saat kembali bekerja pada Selasa (15/5), Roni mengaku masih tidak percaya anak-anak digunakan sebagai senjata mematikan oleh orang tua mereka sendiri.

"Saya seorang Muslim juga. Tidak ada seorang pun yang melakukan hal seperti itu layak mengaku sebagai Muslim," katanya.

Roni mengatakan dia berharap dapat mengunjungi gadis itu segera setelah dia pulih. "Saya tidak tahu apa yang akan saya katakan padanya. Saya hanya akan memeluknya dan berharap dia masih di bawah perlindungan Tuhan," katanya.

Serangan terhadap Kantor Polisi Surabaya terjadi sehari setelah serangan lain yang melibatkan anak-anak di kota tersebut. Enam anggota keluarga yang sama telah meledakkan diri mereka sendiri dalam tiga serangan terpisah terhadap tiga gereja di kota itu, selama kebaktian Ahad.

Dalam salah satu serangan, dua saudara perempuan, berusia delapan dan 12 tahun, diikat dengan bahan peledak dan dipimpin ibu mereka ke pintu masuk ke sebuah gereja, sebelum bom diledakkan. Pada Ahad malam (13/5), empat anggota keluarga lain juga terbunuh, termasuk dua anak, ketika sebuah bom yang sedang dirakit ayah mereka di dalam rusunawa mereka meledak.

Kota Surabaya, Jawa Timur tetap waspada, dengan melakukan patrol di jalan-jalan dan petugas bersenjata ikut berpatroli di gereja-gereja. Di kantor pusat polisi, siapa pun yang mendekati pintu masuk akan dihentikan dan ditelusuri, terutama mereka yang membawa anak. ABC menyaksikan salah seorang ayah dipaksa melepaskan jaket yang dikenakan putranya untuk memastikan dia bukan seorang pengebom, sebelum mereka bisa mendekat.

Foto: CCTV yang menunjukkan rekaman detik-detik pengeboman di Mapolrestabes Surabaya, Jawa Timur.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement