REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) meminta Korea Utara (Korut) mengirimkan beberapa hulu ledak nuklir, rudal balistik antarbenua (ICBM), dan bahan nuklir lainnya ke luar negeri dalam waktu enam bulan. Informasi ini dilaporkan surat kabar Asahi pada Kamis (17/5), mengutip beberapa sumber yang akrab dengan isu-isu Korut.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo juga tampaknya telah memberi tahu pemimpin Korut Kim Jong-un mengenai hal tersebut ketika mereka bertemu awal bulan ini. Menurut Pompeo, Washington mungkin akan mencabut Pyongyang dari daftar sponsor negara terorisme jika kapal-kapal Korut mengeluarkan bahan-bahan nuklir dari dalam wilayahnya.
Jika Pyongyang setuju melakukan denuklirisasi yang lengkap dan dapat diverifikasi, maka AS akan memberikan jaminan keamanan bagi rezim Kim Jong-un. Dalam pertemuan puncak yang akan mempertemukan Kim dengan Presiden AS Donald Trump pada 12 Juni mendatang, AS juga siap menyatakannya dalam penyataan bersama dengan Korut.
Korut telah mengancam akan membatalkan pertemuan dengan Trump pada Rabu (16/5). Pyongyang mengungkapkan kekecewaannya terhadap pernyataan ceroboh yang dikeluarkan Penasihat Keamanan Nasional baru AS, John Bolton.
"Kami tidak dapat menyembunyikan perasaan jijik kami terhadapnya," kata Wakil Menteri Luar Negeri Korut Kim Kye-gwan, seperti dilaporkan kantor berita Korut, KCNA.
Dalam sebuah wawancara televisi pada akhir pekan lalu, Bolton mengatakan Korut dapat mengikuti proses denuklirisasi "model Libya", dengan menyerahkan senjata nuklirnya untuk mendapat imbalan keringanan sanksi. Namun proses itu mengkhawatirkan Pyongyang, mengingat pemimpin Libya Moammar Gaddafi tewas di tangan pemberontak yang didukung NATO beberapa tahun setelah menyerahkan senjata nuklirnya.
Pada Rabu (16/5), Korut juga tiba-tiba membatalkan rencana pertemuannya dengan Korea Selatan (Korsel). Pembatalan ini adalah bentuk protes terhadap latihan militer gabungan yang dilakukan AS dan Korsel di semenanjung Korea.