REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin Spiritual Iran Ayatollah Ali Khamenei pada Kamis (17/5) mengatakan di Ibu Kota Iran, Teheran bahwa Washington telah menjadi mitra kejahatan Tel Aviv baru-baru ini terhadap rakyat Palestina. Ia mendesak semua negara Islam agar bangkit untuk melawan kejahatan ini, demikian laporan Xinhua, Jumat (18/5).
(Baca: Awal Mula Demonstrasi Berdarah Palestina Terungkap)
"Al-Quds (Jerusalem) adalah Ibu Kota Palestina dan itu akan dibebaskan dari semua musuh dengan bantuan Tuhan," kata Ali Khamenei di jejaring resmi Pemimpin Spiritual Iran tersebut.
(Baca: Rouhani Salahkan Negara Arab Soal Kekerasan Atas Palestina)
Presiden Iran Hassan Rouhani pada Rabu (16/5) mengecam apa yang ia katakan "kebungkaman" sebagian negara Arab dan Islam setelah pembunuhan pemrotes Palestina oleh Israel. Amerika Serikat dan Israel akan secara harfiah menyerah pada keinginan umat Muslim, kata Ali Khamenei.
Dalam foto dokumentasi tanggal 14 Mei 2018 ini, petugas medis Palestina dan pengunjuk rasa mengevakuasi seorang pemuda yang terluka selama berlangsungnya protes di perbatasan Jalur Gaza dengan Israel, di sebelah timur Khan Younis, Jalur Gaza. Negara-negara Arab dengan tegas mengutuk pembunuhan lebih dari 50 warga Palestina pada Senin, 14 Mei 2018 dalam protes Gaza.
Israel melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza pada Senin, ketika pasukan keamanan Israel menembaki orang Palestina yang memrotes peresmian kedutaan besar AS di Yerusalem. Sehingga menewaskan puluhan orang Palestina dan melukai banyak lagi.
Pada Senin, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengutuk kekerasan Israel terhadap pemrotes Palestina dan pemindahan kedutaan besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem. "Rejim Israel membantai sangat banyak orang Palestina dengan darah dingin, saat mereka melakukan protes di penjara terbuka terbesar di dunia," kata Zarif di akun Twitter.
Ia menyebut Senin (14/5) lalu sebagai hari memalukan yang besar, dan menyatakan pembunuhan pemrotes Palestina terjadi saat Presiden AS Donald Trump merayakan pemindahan kedutaan besar AS secara melanggar hukum dan anteknya bertindak untuk mengalihkan perhatian.
Protes massal Palestina diselenggarakan oleh Komisi Nasional Pawai Akbar Kepulangan di bagian timur Jalur Gaza, yang dimulai pada 30 Maret dan mencapai puncaknya pada 15 Mei, sehari setelah peringatan ke-70 deklarasi kemerdekaan Israel tapi diperingati oleh rakyat Palestina sebagai "Hari Nakba, atau Hari Bencana".
Pada Senin pagi, Kementerian Luar Negeri Iran mendesak umat Muslim agar bersatu guna menentang pemindahan kedutaan besar AS di Israel, demikian laporan stasiun televisi Iran. Di dalam satu pernyataan, Kementerian Luar Negeri Iran memperingatkan mengenai konsekuensi akibat pemindahan kedutaan besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Tindakan Amerika Serikat itu hanya akan memperkuat rekad dan keinginan rakyat Palestina, yang tertindas, dalam menghadapi dan melawan pendudukan, katanya. "Itu juga akan memperkuat gerakan anti-AS dan anti-Zionis di wilayah tersebut dan di seluruh dunia," tambahnya.