REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Juru bicara Presiden Turki Ibrahim Kalin, pada Sabtu (19/5), mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sedang menikmati perpecahan dunia Arab dan kebisuan dunia internasional. Pernyataannya berkaitan dengan tewasnya puluhan warga Palestina di tangan pasukan Israel ketika menggelar demonstrasi di perbatasan Jalur Gaza awal pekan ini.
Kalin mengatakan Netanyahu tak dapat menutupi kejahatan yang dilakukannya terhadap Palestina, termasuk insiden penyerangan terbaru di Jalur Gaza. "Dia (Netanyahu) mungkin menikmati kebisuan relatif dari komunitas internasional serta perpecahan dan kelesuan dunia Arab, tetapi dia tidak pernah bisa menghancurkan kehendak rakyat Palestina dan dukungan kami untuk mereka," kata Kalin merujuk pada minimnya kecaman dunia internasional terhadap kekerasan pasukan Israel di Jalur Gaza, dikutip laman Anadolu.
Baca juga, Israel Usir Balik Konjen Turki
Ia pun membayangkan bagaimana reaksi dunia internasional bila puluhan korban tewas akibat kekerasan di Jalur Gaza bukan warga Palestina, tetapi Israel. "Ini akan mengubah parameter politik regional dan internasional. Pemerintah Barat akan melakukan segalanya dalam kapasitas mereka untuk menghukum yang bertanggung jawab, bahkan tentara akan dimobilisasi. Tapi tidak ada yang terjadi karena korbannya adalah orang Palestina," ujar Kalin.
Kalin juga melontarkan kritik pada media-media Eropa dan Amerika yang dinilainya tak berani menyajikan informasi yang jujur dan apa adanya terkait kekerasan di perbatasan Jalur Gaza. "Berita utama bertuliskan 'Puluhan Orang Tewas di Gaza' dan tidak satu pun dari mereka mengacu pada kebrutalan Israel serta pembunuhan yang disengaja, seolah-olah orang Palestina meninggal karena semacam bencana alam atau epidemi," ucapnya.
Kalin mengajak dunia untuk bersatu menentang dan melawan tindakan sewenang-wenang Israel. "Negara-negara Muslim, Eropa, Afrika, Asia, dan Amerika Latin harus bersatu guna menghentikan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional oleh Israel dan hukuman yang tidak adil terhadap Palestina," kata Kalin.
Lebih dari 65 warga Palestina telah tewas dan ribuan lainnya luka-luka akibat diserang pasukan keamanan Israel sejak demonstrasi di perbatasan Gaza-Israel digelar pada Senin (14/5).Ribuan warga Palestina di perbatasan Jalur Gaza melakukan demonstrasi dalam rangka menentang pembukaan kedubes Amerika Serikat (AS) di Yerusalem.
Dalam aksi ini, massa pun menyuarakan tentang pengembalian hak para pengungsi Palestina untuk pulang ke desanya yang direbut dan diduduki Israel pasca Perang Arab-Israel tahun 1948.
Pada Jumat (18/5), Dewan HAM PBB, telah mengesahkan sebuah resolusi untuk mengutus komisi penyelidikan ke Jalur Gaza. Komisi ini nantinya akan mengusut dan mencari bukti terkait terjadinya dugaan pelanggaran HAM di sana.
Selain itu, Komite Permanen Liga Arab untuk Hak Asasi Manusia, pada Selasa (15/5) lalu, juga telah menyerukan jaksa Pengadilan Pidana Internasional (ICC) untuk segera menyelidiki kejahatan Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza. Hal ini pun telah direspons ICC.
Jaksa ICC Fatou Bensouda mengatakan pihaknya akan mengambil tindakan apa pun yang diperlukan untuk mengadili kejahatan yang terjadi di perbatasan Gaza-Israel. "Staf saya dengan waspada mengikuti perkembangan di lapangan (Jalur Gaza) dan merekam setiap dugaan kejahatan yang bisa masuk dalam yurisdiksi pengadilan," ujarnya.