REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Paraguay membuka kedutaannya di Yerusalem pada Senin (21/5). Paraguay menjadi negara kedua yang mengikuti Amerika Serikat (AS) dalam membuat langkah yang sensitif ini.
Presiden Paraguay Horacio Cartes dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghadiri upacara peresmian itu. "Ini adalah hari bersejarah yang memperkuat hubungan antara Paraguay dan Israel," kata Cartes pada upacara tersebut.
Baca juga, Afrika Selatan Tarik Dubesnya dari Israel
Menanggapi hal ini, Netanyahu mengaku sangat menghargai langkah Paraguay. "Hari yang luar biasa bagi Israel. Hari yang luar biasa bagi Paraguay. Hari yang luar biasa untuk persahabatan kami. Anda tidak hanya memiliki dukungan dari pemerintah kami tetapi terima kasih yang mendalam dari orang-orang Israel," kata Netanyahu.
Pekan lalu, AS telah merelokasi kedutaan besarnya ke Yerusalem. Tindakan AS ini memancing kemarahan Palestina.
Status Yerusalem adalah salah satu hambatan tersulit untuk menempa kesepakatan damai antara Israel dan Palestina. Palestina dengan dukungan internasional yang luas ingin Yerusalem Timur, yang direbut oleh Israel dalam perang Timur Tengah 1967, sebagai ibu kota mereka.
Israel menganggap semua kota, termasuk sektor timur itu dianeksasi setelah konflik 1967, sebagai ibukotanya.
Seorang pejabat Organisasi Pembebasan Palestina,Hanan Ashrawi, mengecam langkah Paraguay. "Dengan mengadopsi tindakan provokatif dan tidak bertanggung jawab yang bertentangan langsung dengan hukum dan konsensus internasional, Paraguay telah bersekongkol dengan Israel, Amerika Serikat dan Guatemala untuk berkubu dalam pendudukan militer dan untuk menutup nasib Yerusalem yang diduduki," kata Ashrawi dalam pernyataan.
Pada Desember, Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Ini membalikkan kebijakan AS selama puluhan tahun dan membuat marah dunia Arab dan sekutu Barat.
Sebagian besar kekuatan dunia tidak mengakui kedaulatan Israel atas seluruh kota dan mengatakan status terakhirnya harus diatur dalam perundingan damai.