Kamis 28 Jun 2018 00:35 WIB

Konflik 20 tahun, Eritrea dan Ethiopia Buka Upaya Perdamaian

PM Ethiopia siap untuk menyelesaikan sengketa di perbatasan

Rep: Marniati/ Red: Bilal Ramadhan
Konflik Ethiopia dan Eritrea
Foto: Tigrai Online
Konflik Ethiopia dan Eritrea

REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Eritrea dan Ethiopia membuka peluang  perdamaian setelah kunjungan tingkat tinggi pertama dalam hampir dua dasawarsa. Ini meningkatkan harapan untuk mengakhiri salah satu perlawanan militer yang paling keras di Afrika.

Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed mengatakan Ethiopian Airlines akan memulai kembali penerbangan ke Eritrea. Penerbangan terhenti sejak 1998 ketika konflik meletus antara kedua negara di atas perbatasan yang disengketakan. Sejak saat itu hubungan diplomatik kedua negara terputus.

"Bagi warga Ethiopia yang sudah lama ingin menuju ke Massawa (di Eritrea) untuk berjalan-jalan, saya minta Anda siap karena Ethiopian Airlines akan segera memulai layanan di sana," katanya, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Kunjungan pejabat Eritrea ke Ethiopia terjadi setelah Abiy mengatakan bahwa dia akan menghormati semua ketentuan perjanjian damai. Ia mengisyaratkan siap menyelesaikan sengketa perbatasan. Langkah ini disambut oleh Eritrea.

"Hari ini adalah hari sukacita karena dua bangsa yang identik dan dua generasi telah dipisahkan selama periode itu. Tetapi melalui perjuangan, kami telah membuka pintu perdamaian," kata Menteri Luar Negeri Eritrea Osman Saleh.

Abiy berharap perselisihan akan segera berakhir. Ia menegaskan kembali kesediaannya untuk menerima transfer wilayah. "Akan ada pertukaran tanah antara kedua negara tetapi itu tidak masalah -tidak akan ada perbatasan antara kami karena hubungan kami akan menguat," katanya pada jamuan makan malam negara bagian dengan perwakilan Eritrea.

Sebelumnya atlet Olimpiade, penyanyi, aktor, dan pemuka agama bergabung dengan Abiy di bandara Addis Abiba untuk menyambut Saleh dan pejabat tinggi lainnya. Mereka disambut dengan  karangan bunga. Bendera kedua negara berkibar dari tiang lampu di Addis Ababa bersama dengan spanduk bertuliskan "Selamat Datang!"

Presiden Eritrea, Isaias Afwerki menyambut pesan positif Ethiopia dan memutuskan untuk mengirim delegasi yang termasuk penasihatnya Yemane Gebreab dan utusannya ke Uni Afrika. Perang perbatasan menewaskan sekitar 80 ribu orang dan kedua belah pihak tetap berselisih mengenai status kota perbatasan Badme. Perbatasan tetap militer.

Eritrea dan Ethiopia memutuskan hubungan diplomatik dua dekade lalu. Namun Eritrea memiliki delegasi tetap di Ethiopia yang mewakilinya di Uni Afrika. Markasnya berada di ibukota Ethiopia, Addis Ababa. Tidak ada perwakilan Eritrea yang menjadi bagian dari kunjungan resmi untuk pembicaraan dengan pemerintah Ethiopia sejak 1998.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement