Kamis 26 Jul 2018 14:40 WIB

Warga Yaman Berpotensi Terserang Epidemi Kolera Baru

Musim panas adalah waktu yang ideal penyebaran virus kolera.

Rep: Rizkyan Adhiyudha/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang anak Yaman yang terkena wabah kolera dirawat di rumah sakit setempat di Sana'a, Yaman. Menurut laporan PBB, tiga juta balita Yaman terancam malnutrisi akibat konflik berkepanjangan antara dua pihak yang masing-masing didukung Arab Saudi dan Iran.
Foto: Yahya Arhab/EPA
Seorang anak Yaman yang terkena wabah kolera dirawat di rumah sakit setempat di Sana'a, Yaman. Menurut laporan PBB, tiga juta balita Yaman terancam malnutrisi akibat konflik berkepanjangan antara dua pihak yang masing-masing didukung Arab Saudi dan Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Lembaga bantuan internasional mengungkapkan ada ancaman gelombang kolera baru yang berpotensi menyerang ribuan warga Yaman. Mereka mengatakan, serangan tersebut dapat terjadi dalam beberapa pekan ke depan.

"Kolera dapat menyebar seperti api di Yaman dan berpotensi menginfeksi ribuan anak dan merusak sistem kesehatan yang sudah lumpuh," kata CEO Save the Children Inggris Helle Thorning-Schmidt, seperti diwartakan Aljazirah, Kamis (26/7).

Schmidt mengatakan, anak-anak di Yaman rentan terserang wabah kolera yang akan datang pada musim panas nanti. Waktu tersebut merupakan saat ideal bagi penyakit untuk menyebar. Schmidt mengungkapkan, hampir tiga ribu kasus terduga kolera dilaporkan dalam pekan pertama Juli 2018 di seluruh Yaman.

"Banyak rumah sakit yang hancur dan fasilitas yang masih ada juga hampir tidak berfungsi. Doktor belum dibayar, obat-obatan menipis, dan listrik padam secara berkala," kata Helle Thorning-Schmidt.

Yaman merupakan negara yang tengah dilanda krisis kemanusiaan terburuk. Negara tersebut memiliki 22,2 juta warga yang bergantung pada bantuan. Gizi buruk, kolera, dan penyakit lainnya telah merenggut nyawa dan menginveksi ribuan penduduk sipil.

Lembaga kemanusiaan itu berpendapat jika Hodeidah akan menjadi kawasan yang paling terdampak wabah tersebut. Ini menyusul blokade militer Arab Saudi dan Uni Emirat Arab yang tengah berperang melawan kelompok Houti di utara kota tersebut.

"Hodeidah dapat menjadi pusat penyebaran wabah yang sangat menular itu. Penutupan pelabuhan akan menghancurkan kehidupan sekitar 350 ribu warga yang belum dievakuasi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement