Selasa 14 Aug 2018 05:05 WIB

Presiden Korsel Jadwalkan Kunjungan ke Pyongyang Bulan Depan

Moon Jae-in akan bertemu dengan Kim-Jong-Un.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Andri Saubani
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in berbicara ketika mereka berjalan di sebuah jembatan di desa perbatasan Panmunjom di Zona Demiliterisasi, Korea Selatan, Jumat (27/4).
Foto: Korea Summit Press Pool via AP
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in berbicara ketika mereka berjalan di sebuah jembatan di desa perbatasan Panmunjom di Zona Demiliterisasi, Korea Selatan, Jumat (27/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in dijadwalkan melakukan kunjungan ke ibu kota Korea Utara, Pyongyang, pada September mendatang. Menurut rencana, Moon akan bertemu dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.

Dilansir dari BBC, pertemuan tersebut akan menjadi pertemuan pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade seorang pemimpin Korea Selatan mengunjungi Pyongyang. Di luar Pyongyang, baik Moon maupun Kim sudah pernah bertemu dua kali tahun ini.

Seorang penasihat mengatakan, bahwa Korea Selatan berusaha membujuk Korea Utara untuk mengambil langkah konkret menuju perlucutan senjata nuklir. "Pemerintah kami berusaha memainkan peran fasilitator," kata Chung-in Moon, penasihat khusus untuk Presiden Moon.

Kedua Korea telah mengembangkan hubungan mereka sejak tahun baru setelah Kim berjanji untuk menangguhkan uji coba rudal nuklir. Bahkan, Korea Selatan berhasil mempertemukan Kim dan Presiden AS Donald Trump pada bulan Juni lalu, dan bersepakat untuk denuklirisasi semenanjung Korea. Namun, hingga kini belum ada terobosan di dalam pertemuan tersebut.

Sementara itu, Chung-in Moon mengatakan, dia yakin Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo akan mengunjungi Pyongyang pada awal pekan depan. "Saya pikir Pyongyang dan Washington akan mampu menghasilkan semacam kompromi, dan kami berharap Sekretaris Pompeo dapat melakukan kompromi dengan mitra Korea Utara. Dan kami juga telah memberi tahu Korea Utara tanpa membuat langkah konkret menuju denuklirisasi akan sangat sulit bagi AS untuk menerima posisi Korea Utara" katanya.

Awal bulan ini, sebuah laporan Dewan Keamanan PBB menemukan, bahwa Korea Utara tidak menghentikan program nuklir dan rudalnya, sehingga melanggar sanksi PBB. Ia juga mengatakan Pyongyang telah melakukan pengiriman kapal ke kapal secara ilegal dan telah mencoba menjual senjata ke luar negeri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement